Memberikan Air Susu Ibu (ASI) adalah aspek penting dalam memberi nutrisi dan meningkatkan tumbuh kembang optimal bayi pada enam bulan pertama hingga tahun kedua kehidupannya. Namun, beberapa ibu menghadapi tantangan dalam memproduksi cukup ASI, situasi yang dapat menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran. Selain faktor nutrisi, hidrasi, stres, dan kelelahan, ada metode alternatif yang menjanjikan untuk mengatasi masalah ini, yakni akupunktur.
Akupunktur adalah teknik pengobatan tradisional China yang melibatkan penusukan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh untuk merangsang saraf, otot, dan jaringan konektif. Teknik ini diketahui dapat merangsang otak untuk meningkatkan produksi dan aliran ASI.
Studi telah menunjukkan bahwa akupunktur tidak hanya efektif dalam meningkatkan volume ASI dan kadar prolaktin tetapi juga membantu dalam mengurangi stres dan pembengkakan pada payudara, memberikan rasa relaksasi bagi ibu menyusui. Ini menjadikan akupunktur pilihan terapi yang menarik bagi ibu yang ingin meningkatkan produksi ASI secara alami.
Ada beberapa variasi dalam praktik akupunktur yang dapat diadaptasi sesuai kebutuhan individu:
Akupunktur Filiformis: Penggunaan jarum tradisional.
Akupunktur Elektro: Menggunakan arus listrik ringan melalui jarum.
Akupunktur Laser: Teknik bebas jarum yang menggunakan sinar laser.
Akupresur: Teknik tanpa jarum yang melibatkan tekanan pada titik akupunktur.
Untuk hasil yang optimal, disarankan untuk melakukan sesi akupunktur minimal dua kali seminggu dalam enam sesi terapi. Penting untuk melakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Akupunktur medik sebelum memulai, terutama untuk menyinkronkan dengan kondisi kesehatan Anda yang spesifik.
Dengan pendekatan yang tepat dan konsultasi medis yang komprehensif, akupunktur dapat menjadi solusi alami dan efektif untuk meningkatkan produksi ASI. Ini membantu mendukung perjalanan menyusui yang lancar dan menyenangkan, memperkuat ikatan antara ibu dan bayi, serta memastikan bahwa bayi mendapat nutrisi yang optimal.
Dengan meningkatkan pemahaman tentang manfaat dan aplikasi akupunktur, ibu bisa lebih percaya diri dalam mengambil langkah nyata untuk mengatasi tantangan dalam produksi ASI, memastikan mereka mendapat dukungan yang dibutuhkan untuk menyusui dengan sukses.
dr. Dian Eka Putri, Sp.Ak – Dokter Spesialis Akupunktur RS Awal Bros A.Yani, Panam, dan Sudirman
Penyakit Paru Akibat Kerja (PPAK) menjadi salah satu tantangan serius di dunia industri, mempengaruhi kesehatan para pekerja yang terpajan pada debu, serat, dan gas berbahaya. Dalam konteks Indonesia, data dari World Health Organization (WHO) tahun 2018 menunjukkan bahwa 80% pencemaran udara berasal dari sektor transportasi dan 20% dari industri serta limbah domestik. Pekerja di sektor ini berada pada kelompok risiko tinggi mengalami gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh proses kerja.
Berbagai faktor penyebab PPAK melibatkan aspek fisika, zat kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial. Suhu ekstrim, bising, debu industri, uap, logam, bakteri, virus, posisi kerja, dan beban kerja dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit paru. Data epidemiologi di Indonesia masih terbatas, sehingga diagnosa sulit, biaya besar, dan informasi terbatas tentang PPAK.
Perkembangan penyakit paru dapat mencakup lesi luas, respon jaringan terhadap debu, luas lesi fibrosis, dan progresifitas penyakit. PPAK dapat menyebabkan kegagalan organ, meningkatkan risiko tuberkulosis, penyakit autoimun, kanker paru, dan pneumotoraks.
Upaya pencegahan PPAK melibatkan langkah-langkah primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer mencakup regulasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), modifikasi alat industri, dan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Pencegahan sekunder berfokus pada identifikasi zat berbahaya, ventilasi yang baik, penggunaan alat pelindung diri (APD), dan pemeriksaan berkala. Pencegahan tersier berusaha mencegah komplikasi pada pekerja yang sudah terkena PPAK melalui istirahat, pemindahan dari tempat terpajan, dan pemeriksaan berkala.
Meskipun belum ada penatalaksanaan spesifik, pencegahan awal melibatkan edukasi pekerja tentang bahaya pajanan dan pemeriksaan kesehatan berkala. Terapi medikamentosa dapat melibatkan penggunaan oksigen hiperbarik, kortikosteroid, antineoplastik, antibiotik, antifibrosis, serta vaksin influenza dan pneumokokus. Rehabilitasi paru, tindakan bedah, dan menghentikan kebiasaan merokok juga menjadi bagian dari upaya penanganan PPAK.
PPAK merupakan ancaman serius bagi kesehatan pekerja di industri. Upaya pencegahan yang komprehensif, regulasi yang ketat, dan kesadaran pekerja terhadap risiko PPAK dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat. Dengan perhatian dan tindakan bersama, kita dapat melindungi kesehatan pekerja dari dampak berbahaya penyakit paru akibat kerja.
Akupunktur laser atau disebut juga laser akupunktur atau laserpunktur adalah salah satu modalitas terapi yang digunakan Dokter Spesialis Akupunktur Medik dalam tatalaksana pasiennya. Alat seperti apakah ini? Laser akupunktur adalah akupunktur yang memanfaatkan sinar laser nontermal intensitas rendah untuk menstimulasi titik-titik akupunktur tubuh dengan energi dosis tertentu dalam upaya pencegahan maupun pengobatan penyakit. Laser akupunktur ini sudah mulai digunakan sejak tahun 1970 untuk mengobati hipertensi dan asma, kemudian di tahun 1984 dalam operasi oromaksilofasial untuk menginduksi anestesi. Hingga saat ini pemanfaatan laser akupunktur dalam dunia kedokteran telah meluas dalam berbagai bidang antara lain nyeri muskuloskeletal, nyeri kanker, nyeri akut maupun kronis, memperbaiki dan mempercepat pemulihan sel-sel saraf, perbaikan jaringan tubuh yang rusak, mengurangi peradangan, mempercepat penyembuhan luka dan pemulihan pasca operasi, selain itu juga mempengaruhi kerja otak dalam menjaga keseimbangan kerja sistem hormonal dan daya tahan tubuh. Sehingga dapat diaplikasikan lebih luas untuk hampir semua penyakit baik sebagai terapi tunggal maupun sebagai penunjang terapi lain, dan dari usia anak hingga lansia.
Satu-satunya perbedaan laser akupunktur yang juga merupakan keunggulannya adalah tidak adanya penusukan jarum ke kulit, sehingga tidak menimbulkan nyeri, tidak ada resiko infeksi dan resiko perdarahan di area penusukan jarum. Pasien anak-anak, lansia, pasien dengan keadaan umum lemah atau pasien yang fobia dengan jarum akan sangat nyaman bila diterapi dengan alat ini.
Meskipun laser akupunktur memiliki banyak keunggulan, namun dalam beberapa penelitian dilaporkan dapat muncul efek samping ringan setelah terapi seperti pusing, nyeri kepala atau rasa lelah, yang biasanya hilang sendiri dalam waktu 24 jam. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan sebelum laser akupunktur seperti pada wanita hamil, pasien dengan penyakit jantung berat, area perdarahan dan tumor serta anak usia kurang dari 2 tahun. Pada kondisi tersebut terdapat area atau titik akupunktur tertentu yang tidak dianjurkan untuk di stimulasi.
Keberhasilan terapi laser akupunktur ditentukan oleh dua faktor utama, pertama adalah parameter laser akupunktur yang digunakan seperti jenis laser, frekuensi, output daya laser dan energi dosis laser yang tepat. Kedua, adalah faktor keberagaman individu seperti riwayat kesehatan pasien, warna pigmen kulit, ketebalan kulit dan lokasi titik akupunktur. Dua faktor ini secara bersamaan akan dianalisa dan diperhitungkan oleh Dokter Spesialis Akupunktur Medik sebelum mengobati pasiennya. Pasien anak-anak diberikan energi dosis laser yang lebih rendah dibandingkan pasien dewasa. Pasien dengan nyeri akut memerlukan frekuensi lebih rapat dibandingkan pasien dengan nyeri kronis. Pasien dengan warna kulit lebih gelap atau titik akupunktur lebih dalam memerlukan daya laser yang lebih besar dibandingkan sebaliknya.
Untuk mendapatkan hasil terapi yang maksimal dan menghindari munculnya efek samping yang tidak diinginkan, sangat dianjurkan untuk mendatangi fasilitas pelayan kesehatan yang tepat dan tenaga medis yang memiliki kompetensi di bidangnya.
selengakapnya on Youtube :
RS Awal Bros A.Yani dan Panam
Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) Sudirman Pekanbaru dan RSAB Batam berhasil mempertahankan akreditasi Internasional dari Joint Commission International (JCI), lembaga akreditasi ternama dalam layanan kesehatan global. Pencapaian ini adalah tonggak bersejarah yang memperkuat komitmen RSAB Sudirman Pekanbaru dan RSAB Batam dalam menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi yang memenuhi standar internasional, dengan fokus utama pada mutu serta keselamatan pasien.
Proses akreditasi JCI merupakan perjalanan komprehensif yang melibatkan evaluasi mendalam terhadap berbagai aspek, termasuk keselamatan pasien, kualitas pelayanan meliputi pemeriksaan fasilitas fisik, manajemen klinis, perawatan pasien, pendidikan dan pelatihan staf medis, serta manajemen risiko dan keselamatan.
Dr. Jimmy Kurniawan MKk, sebagai Direktur RSAB Sudirman Pekanbaru, menyuarakan perasaan syukur dan kebanggaannya atas pencapaian gemilang ini, serta berterima kasih kepada seluruh tim yang telah berjuang keras untuk memenuhi standar ketat yang ditegaskan oleh JCI. Dengan berhasil memperoleh akreditasi JCI, RSAB Sudirman Pekanbaru dan RSAB Batam bergabung dalam barisan eksklusif rumah sakit terkemuka di seluruh dunia yang telah mendemonstrasikan kualitas layanan kesehatan internasional yang luar biasa.
“Kami meyakini bahwa hak setiap individu adalah mendapatkan perawatan kesehatan yang berkualitas. Melalui pencapaian ini, kami menerima tanggung jawab untuk terus memberikan pelayanan yang tidak hanya mendekati kesempurnaan tetapi juga menginspirasi. Kami menganggap kualitas unggul, keselamatan pasien, dan kepuasan pelanggan sebagai komitmen utama kami. Pengakuan ini juga memvalidasi upaya berkelanjutan RSAB Sudirman dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien,” ungkap Dr. Jimmy.
Dukungan dan komitmen yang sama juga diungkapkan oleh Direktur RSAB Batam, dr. Widya Putri, Mars. Ia menyatakan bahwa akreditasi JCI telah membawa RSAB Sudirman ke dimensi baru dalam memberikan pelayanan yang bersahabat dan dapat diandalkan. RSAB Sudirman Pekanbaru dan RSAB Batam berkomitmen untuk terus berinovasi dalam teknologi medis, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, serta menjalin kolaborasi erat dengan para ahli kesehatan internasional.
“RSAB Batam terus berupaya menjaga standar kualitas yang tinggi dan terus berinovasi dalam menyediakan perawatan medis dengan fasilitas dan tenaga medis yang berkualitas. Dengan dukungan tim medis yang penuh dedikasi, teknologi canggih, dan pendekatan holistik terhadap perawatan, RSAB Sudirman dan RSAB Batam berkomitmen untuk menjadi pilihan utama masyarakat dalam mencari layanan kesehatan yang unggul,” tutup dr. Widya Putri.
Dengan keberhasilan mempertahankan akreditasi Internasional JCI, RSAB Sudirman Pekanbaru dan RSAB Batam menegaskan posisinya sebagai pusat pelayanan kesehatan terkemuka yang tidak hanya mengedepankan mutu, tetapi juga menyediakan perawatan medis yang handal dan inovatif sesuai dengan standar internasional. Kesuksesan ini adalah bukti nyata dari dedikasi mereka dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dengan pelayanan yang berkualitas tinggi.
Akupunktur dalam dunia kedokteran telah dikenal luas sebagai tindakan medis untuk mengobati penyakit atau juga sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit (fungsi preventif). Selain menggunakan jarum akupunktur, ada teknik akupunktur lain yang sering dilakukan yaitu farmakopunktur. Farmakopunktur adalah teknik akupunktur dengan menyuntikkan cairan berupa obat-obatan maupun vitamin untuk mencegah dan/atau mengobati penyakit ke titik-titik akupunktur pilihan. Dalam literatur ilmiah sering disebut sebagai Acupuncture point injection technique dan diketahui mulai sering dilakukan sejak tahun 1950an di China untuk mengobati keluhan seperti nyeri, mual/muntah dan penyakit lainnya.
Penelitian yang dilakukan Xu YX dkk tahun 2012, farmakopunktur dapat diaplikasikan dalam 148 penyakit, diantaranya mengobati nyeri, trigeminal neuralgia, migraine, shoulder pain, back pain, chronic headache, dismenorrhea, radikulopati lumbosakral, muscle spasticity, gastrointestinal disease, gastritis kronis, post-stroke rehabilitation, hiperemesis gravidarum, urinary system disease, musculoskeletal problems, bronchial asthma, chronic urticaria, dan banyak keluhan penyakit lain termasuk untuk tujuan kosmetika seperti body slimming, hair care treatment dan anti aging treatment.
Bagaimana efektifitasnya jika dibandingkan dengan teknik akupunktur jarum? Farmakopunktur memiliki kelebihan dibandingkan teknik akupunktur yang lain, selain efek kerja dari kombinasi titik akupunktur yang dipilih, juga terdapat efek lokal dari vitamin atau obat-obatan yang disuntikkan dimana secara bersama-sama akan memberikan hasil pengobatan yang lebih maksimal. Efek samping dari tindakan ini sangat minimal bila dikerjakan oleh tenaga medis yang kompeten di bidang akupunktur yaitu dokter spesialis akupunktur medik. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa jarum akupunktur adalah jarum yang paling halus dan paling kecil dalam dunia medis, begitu juga jarum suntik yang digunakan dalam tindakan farmakopunktur, berukuran sangat kecil bahkan jauh lebih kecil dari jarum suntik pada umumnya sehingga rasa nyerinya pun sangat minimal dan lebih nyaman.
Selain untuk mengobati penyakit, dalam bidang akupunktur kosmetika farmakopunktur sering diaplikasikan untuk perawatan rambut seperti rambut rontok hingga kebotakan dan juga untuk menurunkan berat badan. Perlu diketahui juga bahwa akupunktur/farmakopunktur adalah bagian dari pengobatan/terapi, sebelum sampai di tahap pengobatan terlebih dahulu perlu dicari penyebab keluhan/penyakitnya, untuk itu pasien harus bertemu dan konsultasi dengan dokter untuk wawancara dan dilakukan pemeriksaan yang diperlukan. Setelah itu akan ditentukan berapa kali farmakopunktur perlu dilakukan dan edukasi tentang hal-hal yang boleh/dilarang dilakukan selama masa pengobatan. Tingkat keberhasilan akan tinggi bila pasien disiplin mengikuti jadwal tindakan dan konsisten melakukan perubahan gaya hidup secara keseluruhan ke arah yang lebih sehat.
Narasumber : dr. Dian Eka Putri Sp.Ak
Klinik Akupunktur RS. Awal Bros A.Yani dan Panam
Seiring dengan perkembangan laju modernisasi saat ini, perkembangan ilmu kesehatan pun semakin maju dan lebih baik dari tahun ke tahunnya. Bukan hanya sebatas ditemukannya obat baru untuk berbagai penyakit, peralatan di dunia medis juga berkembang guna memenuhi kebutuhan setiap orang dalam perawatan atau penanganan medis yang lebih baik.
Imbasnya juga dirasakan di bagian THT-KL, hadirnya Flexible fiber-optic laryngoscopy (FFOL) memudahkan doker THT-KL untuk menegakkan diagnosis pasien-pasien yang mengalami keluhan-keluhan pada laring. Sebagai alat diagnostik, FFOL telah memantapkan dirinya sebagai teknik invasif minimal yang sederhana, hemat biaya, dengan hasil diagnostik yang terbaik.
FFOL merupakan pemeriksaan yang paling umum digunakan di bagian THT-KL untuk melihat tenggorokan dan struktur sekitarnya. Dengan adanya FFOL dapat melakukan pemeriksaan saluran napas bagian atas dari hidung hingga sampai ke pita suara pada pasien yang sadar dan hanya dengan anestesi lokal.
FFOL dapat menunjukkan bagian-bagian seperti nasofaring, orofaring, hipofaring dan laring, berserta kelainan-kaliannya yang mungkin terapat pada bagian tersebut. Salah satu keuntungan dari FFOL ini adalah kameranya yang fleksibel dapat dimanipulasi secara tepat sehingga dapat menunjukkan gerakan pita suara secara penuh. Selain itu, FFOL yang digunakan dalam prosedur ini terbuat dari kabel fiber optik yang tipis dan fleksibel sehingga pasien hanya mengalami sedikit tidak nyaman saat alat dimasukkan dan tidak memerlukan waktu yang lama. Gambar dan video yang telah terkumpul tidak hanya dimanfaatkan untuk membuat diagnosis namun juga untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat untuk kondisi pasien.
Prosedur ini disarankan kepada pasien-pasien yang mengalami:
Narasumber
Dokter Spesialis THT-KL RS Awal Bros A.Yani
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO mendapatkan informasi tentang beberapa kasus pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui, pertamakali terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Kasus episenter pertama di RRT tersebut akhirnya menyebar ke 26 negara lainnya. Penetapan Novel Coronavirus (2019-nCoV menjadi COVID 19) sebagai Public Health Emergency and International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Global per tanggal 30 Januari 2020 oleh WHO.
WHO telah menetapkan pandemi Covid 19 pada tanggal 11 maret 2020 karena ditemukan penyebaran kasus yang cukup luas yaitu meliputi 114 negara. Awal Maret , ditemukan kasus Covid 19 yang pertama di Indonesia dengan adanya pengumuman dua kasus baru oleh Presiden Jokowi. Setahun pandemi Covid-19 berlangsung, jumlah pasien yang terinfeksi virus corona terus bertambah setiap hari. Meski banyak pasien Covid-19 sembuh, tapi sejauh ini belum ada obat khusus untuk mengobati orang yang terinfeksi virus corona. Dalam ketiadaan atau belum ditentukan protokol cara pengobatan dan pencegahan yang betul-betul efektif, berbagai otoritas pengawasan obat dan makanan serta badan-badan kesehatan dunia ‘memperbolehkan’ pemberian plasma konvalesen pada penderita COVID-19.
Penggunaan Plasma Konvalesen yang berasal dari pasien yang sudah sembuh dari suatu penyakit infeksi dan memiliki antibodi sudah digunakan sejak hampir 100 tahun yang lalu, baik digunakan sebagai profilaksis pasca pajanan maupun pengobatan. Konsep plasma konvalesens diketahui sejak tahun 1800-an untuk mengobati penyakit infeksi. Penggunaan pertama plasma konvalesen tercatat sejak tahun 1892 untuk tatalaksana penyakit dipteri dan 1970-an dipakai untuk pengobatan pertussis. Plasma konvalesen sebagai terapi telah banyak digunakan pada beragam penyakit menular pada saat terjadi wabah misalnya polio, pandemi misalnya flu Spanyol dan sekarang COVID-19. Contoh lain penggunaan plasma konvalesen untuk terapi termasuk untuk pengobatan rabies, hepatitis B, campak, influenza, Ebola dan demam berdarah. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan plasma konvalesen aman dan dapat memberikan manfaat klinis, termasuk melawan virus dengan lebih cepat, terutama bila diberikan pada awal perjalanan penyakit.
Sebagian besar pasien yang sembuh dari penyakit COVID-19 akan membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah dan akan bereaksi terhadap berbagai protein SARS-CoV-2 dalam 2-3 minggu setelah infeksi, yang dapat dideteksi dengan tes ELISA atau metode imunologi lainnya. Antibodi terhadap SARS-CoV-2 terdapat didalam plasma dari pasien yang telah sembuh COVID-19 yang diduga memiliki efek terapeutik bila ditransfusikan kepada pasien Covid-19, plasma masa penyembuhan yang mengandung antibosi terhadap SARS-CoV-2 inilah yang dikenal sebagai plasma konvalesen (konvalesen = penyembuhan)
Plasma Konvalesen adalah plasma darah yang diambil dari pasien yang terdiagnosa Covid 19 dan sudah 14 hari dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19 yang ditandai dengan pemeriksaan swab menggunakan RT-qPCR sebanyak 2 kali pemeriksaan dengan hasil negatif. Terapi plasma konvalesen adalah pemberian plasma dari pasien COVID-19 yang sudah sembuh yang kaya dengan antibodi poliklonal, yang ditransfusikan kepada pasien COVID-19, sebagai salah satu upaya pemberian terapi imunusasi pasif dengan segera.
Di dalam plasma konvalesens didapatkan konsentrat antibodi, sitokin anti-inflamasi, faktor pembekuan dan protein C dan protein S dari pasien yang sebelumnya pernah terkena infeksi, sehingga bisa disimpulkan terapi plasma konvalesen merupakan bagian dari imunisasi pasif. Dengan terapi plasma konvalesen diharapkan didapatkan cukup banyak antibody netralisasi yang dapat berikatan dengan protein Spike (S) virus SARS-CoV2 sehingga menghambat masuknya partikel virus ke dalam sel.
Antibodi dalam plasma konvalesen berfungsi untuk mengikat antigen SARS-CoV-2, menetralisasi virus, menurunkan jumlah limfosit B dan kadar IL-6 saat awal infeksi, meningkatkan fungsi imun pasien dan menghambat atau menurunkan produksi sitokin proinflamasi sehingga pada pasien akan terjadi peningkatkan oksigenasi, mengurangi proses radang/inflamasi, menurunkan jumlah virus (viral load), menurunkan protein/sitokin proinflamasi lain sehingga mencegah timbulnya badai sitokin (cytokine storm) dan tercapainya perbaikan klinis. Manfaat plasma konvalesen adalah memberikan kekebalan secara instan, proses relatif lebih mudah dan cepat (seperti transfusi darah) dengan biaya yang lebih terjangkau.
Covid-19 merupakan sebuah sindroma hiperinflamasi, dimana terjadi interaksi imun antara virus SARS-CoV-2 dengan sel inang (dalam hal ini sel manusia) yang menyebabkan terjadinya peningkatan respons inflamasi yang dikaitkan dengan komplikasi dan mortalitas pada individu dengan faktor risiko. Kemungkinan mekanisme perlindungan dari plasma konvalesens adalah dengan efek antiviral melalui netralisasi virus patogen dengan delivery antibody dan efek imunomodulasi, meskipun sitotoksisitas seluler dan fagositosis yang bergantung pada antibody.
Pemberian terapi plasma konvalesen bertujuan sebagai imunisasi pasif untuk mengatasi sindroma hiperinflamasi tersebut. Secara umum ada 2 bentuk dasar imunitas, yaitu imunitas aktif dan imunitas pasif. Vaksinasi adalah kekebalan aktif. Pemberian vaksin seperti protein virus, diberikan kepada seseorang, maka tubuh akan membentuk antibodi yang akan memberi perlindungan. Penggunaan plasma dari pasien yang telah sembuh dari SARS-CoV-2 adalah contoh dari imunitas pasif. Antibodi dari orang yang sudah sembuh ditransfusikan ke orang yang sakit dengan tujuan memberi antibody perlindungan melalui netralisasi virus. Hipotesisnya adalah pemberian antibodi pasif dari orang yang telah sembuh mungkin merupakan terapi yang efektif untuk pasien yang belum memiliki respons antibodi sendiri.
Terapi plasma konvalesen pada penderita Covid-19, acuannya adalah penyintas penyakit itu diharapkan sudah membentuk antibodi. Plasma penyintas Covid-19 itu kemudian diberikan kepada orang lain yang sedang menghadapi infeksi virus corona. Harapannya, antibodi yang diberikan melalui plasma ini tadi, membantu untuk melawan infeksi yang sedang berjalan. Terapi plasma konvalesen bisa dipahami sebagai transfer antibodi antara penyintas suatu infeksi kepada orang yang sedang menghadapi infeksi. Terapi plasma konvalesen diberikan dengan cara mengambil plasma darah yang mengandung antibodi dari donor, kemudian ditransfusikan kepada pasien yang membutuhkan.
Plasma konvalesen diberikan pada pasien dengan kondisi derajat sedang/moderat sampai gejala berat yang mengancam nyawa. Hasil akan baik apabila plasma diberikan pada awal perjalanan penyakit (dalam waktu < 14 hari sejak timbul gejala). Kemungkinan terbaik diberikan saat kondisi belum buruk, yakni pada saat pasien sudah memerlukan terapi oksigen suplementasi, namun belum gagal napas. Pasien yang tidak dapat diberikan terapi plasma konvalesen adalah pasien dengan riwayat alergi, kehamilan, menyusui, trombosis akut, defisiensi IgA, gagal jantung berat dan syok septic.
Donor adalah pasien yang telah sembuh dari Covid-19. Calon pendonor pernah didiagnosis positif Covid-19 melalui hasil pemeriksaan laboratorium dengan test diagnostic swab PCR positif dari sampel yang diambil pada nasofaringeal atau oropharyngeal swab pada saat sakit, tidak menunjukkan gejala klinis Covid-19 selama minimal 14 hari sebelum donasi disertai dengan hasil negatif SARS-CoV-2 melalui nasopharyngeal dan atau oropharyngeal swab sebanyak minimal 2 kali sebelum donasi.
Donor tidak memiliki riwayat transfusi sebelumnya, diutamakan donor laki-laki, untuk donor wanita dipersyaratkan tidak hamil, jika donor wanita pernah hamil, maka harus dibuktikan hasil tes antibodi anti–HLA yang dinyatakan negatif, memiliki titer antibodi netralisasi SARS-CoV-2 setidaknya 1:160. Titer antibody netralisasi 1:80 dapat dipertimbangkan jika tidak tersedia pilihan lain yang sesuai serta non reaktif terhadap uji saring infeksi menular lewat transfusi darah.
Selain itu donor harus memenuhi kriteria donor sehat yaitu usia 18-60 tahun, berat badan ≥ 55 kg, pemeriksaan tekanan darah 160/100 mmHg sampai 110-70 mmHg, denyut nadi teratur, frekuensi 50 – 100 x/menit, suhu tubuh < 37°C, kadar hemoglobin ≥12,5 sampai dengan ≤17 gr/dl, tidak mengkonsumsi obat – obatan tertentu, tidak sedang hamil atau menyusui bagi donor wanita, tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, tidak menderita epilepsi atau sering mengalami kejang, tidak mengidap penyakit infeksi menular seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan sifilis.
Donor yang telah memenuhi kriteria pada pre skrining akan dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan sebagai berikut yaitu pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus, pemeriksaan skrining antibody, pemeriksaan uji saring infeksi menular lewat transfusi darah terhadap HIV, sifilis, hepatitis B dan hepatitis C, pemeriksaan titer antibodi dan netralisasi antibody serta pemeriksaan hematologic. Jika hasil pemeriksaan donor tersebut memeuhi persyartatn yang telah ditetapkan, baru donor tersebut akan dihubungi untuk menentukan jadwal pengambilan plasma konvalesen.
Bagi pendonor yang telah memenuhi syarat, selanjutnya akan dilakukan pengambilan plasma konvalesen di UDD PMI, biasanya dengan teknik plasmaferesis. Plasmaferesis adalah cara pengambilan plasma dari donor dengan proses pengambilan darah lengkap kemudian memisahkan komponen dengan cara sentrifugasi atau filtrasi dengan media membran (khusus untuk plasma), menampung plasma yang dikehendaki dan mengembalikan komponen yang tidak dikehendaki ke tubuh donor, menggunakan antikoagulan khusus melalui serangkaian proses pengambilan dan pengembalian sesuai siklus. Cara pengambilan plasma dilakukan menggunakan kit dan mesin aferesis yang sesuai
Untuk mensosialisasikan donor plasma konvalesen dan meningkatkan kesadaran penyinyas Covid-19 untuk menjadi donor, telah dilakukan pPencanangan Gerakan nasional pendonor plasma konvalesen pada tanggal 18 januari 2021 secara virtual. Gerakan Nasional mengajak penyintas Covid 19 yang telah sembuh, untuk menjadi calon pendonor plasma, agar negara kita secara Nasional memiliki bank data pendonor plasma. Gerakan ini dicanangkan oleh Wakil Presiden RI bersama sama oleh Kemenko PMK, Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset dan Teknologi, BNPB, BPOM, PMI dan asosiasi Rumah Sakit seluruh Indonesia.
Oleh :
dr. Fatmawati, SpPK – Dokter Spesialis Patologi Klinik RS Awal Bros Pekanbaru
Istirahatlah secara teratur saat bekerja di depan monitor, baik itu gadget, computer dan perangkat lainnya. Menatap layar dalam waktu lama, bisa menyebabkan mata lelah yang disebut Computer Vision Syndrome (CVS). Dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Awal Bros Batam ,dr Hafizah, SpM menjelaskan bahwa “di era digital saat ini semua pekerjaan kebanyakan dikerjakan di depan monitor, baik itu gadget, laptop, maupun komputer, oleh sebab itu, munculah Computer Vision Syndrome (CVS) yang merupakan kumpulan gejala – gejala dan keluhan yang menyebabkan gangguan pada mata yang disebabkan pada jangka waktu tertentu yang cukup lama”.
“Gejala seperti mata lelah atau iritasi sehingga mata merah, berair dan nyeri. Kemudian bisa juga timbul sakit kepala, bahkan gangguan pengelihatan”,ujar beliau. Karena penggunaan gadget atau monitor tersebut, secara posisi ergonomik yang tidak benar bisa menyebabkan nyeri leher, bahu, pinggang bahkan bisa gangguan tidur dan perilaku secara emosional. “Gejala atau keluhan itu bisa bersifat sementara atau menetap”, jelasnya.
Penyebabnya, pencahayaan yang bisa dari ruangan yang terlalu redup atau arah sinar yang tidak ke monitor, melainkan ke mata sehingga membuat mata bekerja lebih keras. Lalu, bisa juga dikarenakan sumber cahaya yang lain, misalkan matahari yang memantulkan sinarnya ke monitor atau lampu telalu terang memantulkan sinar langung ke monitor.
Lalu ukuran font pada gadget dan computer yang sering digunakan. Misalnya, anak sekolah memilih menggunakan font yang lebih kecil. Harusnya, ukurannya sedikit lebih besar sehingga memudahkan mata untuk tidak bekerja lebih keras. “Pengaturan kontras pada monitor seperti lebih redup maupun lebih terang, padahal sebaiknya diatur seperlunya saja, jangan terlalu terang dan redup” jelas dokter Hafizah.
Kemudian yang terpenting, posisi ergonomic yaitu posisi duduk. Misalnya, pada saat menggunakan gadget di depan monitor ataupun membaca, sebaiknya posisi badan tegak lurus 90 derajat dengan posisi kaki, kemudian paha dan tungkai bawah membentuk sudut 90 deajat. “Posisi kaki tidak boleh tergantung dilantai walaupun kursi terlalu tinggi bisa diganjal kaki kita. Lalu, betis tidak boleh menempel dikaki kursi. Lalu posisi tangan harus 90 derajat untuk menghindari rasa nyeri pada bagian tubuh kita”, terangnya.
Dr. Hafizah, SpM juga menambahkan, ketika hendak menggunakan materi atau bahan referensi untuk bekerja, disarankan meletakkan sejajar dengan monitor. Kemudian, jarak monitor ke mata disarankan antara 40 sampai 70 sentimeter dan sudut 20 derajat antara mata dan monitor. Jika menggunakan kacamata, gunakanlah kacamata yang sesuai dengan ukurannya. Ketika mata kering, disarankan diobati.
Rata-rata orang yang didepan monitor frekuensi mengedipnya sedikit berkurang. Padahal waktu mengedip itu sebenarnya kita mengeluarkan air mata untuk membasahi permukaan mata. Faktor lain yang membuat mata kering adalah air conditioner (AC). Jika terlalu lama terkena udara dingin dari AC mata bisa kering. Secara identifikasi, orang yang terkena CVS mulai dari anak sekolah hingga pekerja diusia produktif.
Gangguan yang dialami seseorang itu pada durasi penggunaan gadget. Maka disarankan dalam waktu satu sampai dua jam harus istirahat 15 menit. Dr. Hafizah juga mengatakan, pengobatan orang yang terkena CVS tentu harus berkonsultasi dan mengecek kondisi mata ke dokter mata untuk mengetahui penyebabnya. “Secara ilmu kesehatan, periksa mata setahun sekali secara periodik” jelasnya.
Pencegahanya, lindungi mata dari gejala keluhan tersebut. Berdasarkan rekomendasi dari World Health Organization (WHO), yakni 20.20.20. “Artinya, 20 menit setelah menatap monitor, harus berhenti 20 detik, kemudian melihat sejauh 20 kaki atau 6 meter ke arah lain”, paparnya. Dimasa pandemi Covid-19, berkegiatan diharuskan mentaati protokol kesehatan, yaitu gunakan masker yang disarankan pemerintah, menjaga jarak, rutin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dan menghindari kerumunan.
Narasumber :
Hafizah, SpM – Dokter Spesialis Mata RS Awal Bros Batam
Akupunktur Medik dapat mengatasi keluhan yang berkaitan dengan pengobatan Kanker. Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal abnormal ini dapat merusak sel normal di sekitarnya dan bagian tubuh yang lain.
Salah satu faktor yang diduga berisiko menyebabkan mutasi genetik pada sel normal adalah pola hidup yang tidak sehat. Ada banyak jenis kanker tergantung pada lokasi pertumbuhannya, jenis sel yang bermutasi atau organ tubuh yang terkena kanker. Demikian pula keluhan atau gejala yang muncul juga bervariasi. Untuk itu diperlukan beberapa pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis kanker agar Dokter dapat memberikan pengobatan yang tepat. Metode pengobatan kanker yang umum digunakan adalah kemoterapi, operasi, radioterapi, imunoterapi, terapi hormon dll.
Beberapa tahun terakhir jumlah penderita kanker yang diterapi akupunktur meningkat lebih tinggi untuk mengatasi keluhan-keluhan dari berbagai jenis pengobatan kanker.
Stephen Birch, dkk pada tahun 2019 mempublikasikan artikel ilmiah yang membahas tentang bukti klinis, keamanan dan rekomendasi tindakan akupunktur. untuk mengobati keluhan-keluhan yang disebabkan oleh kanker, menyimpulkan bahwa tindakan akupunktur merupakan tindakan yang aman untuk penderita kanker. bila dilakukan oleh tenaga medis profesional, dan efektif dalam mengatasi keluhan yang berkaitan dengan kanker, tetapi bukan sebagai terapi tunggal untuk pengobatan kanker itu sendiri.
Di artikel ini disebutkan tindakan akupunktur terbukti efektif meringankan sekitar 61 keluhan terkait kanker, beberapa yang paling sering diantaranya mual muntah yang disebabkan kemoterapi dan pasca operasi, nyeri kanker dan nyeri pasca operasi, kelelahan (fatique), mulut kering (xerostomia), kecemasan (anxiety), insomnia, depresi, gangguan mood, batuk/sesak napas, spasme (kaku) otot, hilang selera makan, penurunan berat badan, nyeri menelan, hiperhidrosis, sulit buang air besar, diare, cegukan/hiccup, gejala menopause awal (terutama pada kanker payudara), gangguan kognitif, berkeringat malam, nyeri muskuloskeletal (otot dan sendi), gangguan kesuburan terkait kanker, kesemutan/kebas pada tangan dan kaki (neuropati perifer), stress, gangguan panik dan banyak keluhan lainnya.
Pada umumnya penderita kanker tidak hanya merasakan satu keluhan, tetapi bisa gabungan beberapa keluhan (cluster symptoms), yang bila tidak diatasi akan berdampak pada kualitas hidup penderita.Dari beberapa penelitian ilmiah di bidang onkologi beberapa tahun terakhir, tindakan akupunktur dipandang sebagai terapi yang menarik karena dapat mengatasi cluster symptoms tersebut. Sebuah ulasan artikel lain merekomendasikan tindakan akupunktur sebagai satu-satunya pilihan untuk beberapa keluhan terutama yang disebabkan oleh penggunaan aromatase inhibitor yang digunakan dalam pengobatan kanker.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tindakan akupunktur banyak dicari oleh penderita kanker, antara lain mencari pengobatan non-medikamentosa karena sudah banyak menerima obat-obatan (polifarmasi) sebelumnya, atau pengobatan yang sedang dijalani tidak optimal sehingga tidak dapat menghilangkan keluhan yang ada, atau pasien kategori under-treated disebabkan alasan-alasan tertentu. Selain itu tindakan akupunktur dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan yang disebabkan oleh berbagai jenis kanker, dengan efek samping minimal dan di toleransi sangat baik oleh pasien dewasa maupun anak-anak.
Saat ini banyak informasi tersedia terutama berkat kemajuan teknologi internet. Jika ingin mencari informasi secara online, pastikan sumber informasinya berasal dari ahli kedokteran atau artikel-artikel ilmiah yang telah diakui validitasnya di dunia kedokteran agar tidak memberikan pemahaman yang keliru.
Untuk mendapatkan informasi lebih jelas ada baiknya untuk konsultasi dan bertanya langsung kepada Dokter anda, langsung datang ke rumah sakit atau klinik tempat Dokter Spesialis Akupunktur medik bekerja, atau rujukan dari Dokter Spesialis Onkologi atau Dokter bidang lain. Setelah konsultasi dan menganalisa hasil pemeriksaan sebelumnya, Dokter Spesialis Akupunktur akan menjelaskan tentang kapan waktu terbaik untuk mulai tindakan akupunktur, modalitas apa yang akan digunakan (jarum atau tanpa jarum), berapa kali tindakan akupunktur dilakukan, jarak waktu setiap tindakan dan segala hal yang berkaitan. Sebaiknya pasien juga aktif bertanya sehingga tercipta komunikasi yang baik dan mendapatkan hasil yang optimal.
Narasumber :
Dr. Dian Eka Putri, Sp.Ak ( Spesialis Akupunktur Medik RS Awal Bros A.Yani dan RS Awal Bros Panam )
Dulunya akupunktur hanya dikenal di dunia pengobatan timur. Namun saat ini, pengobatan ini mendunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan akupunktur sebagai bagian dari pelayanan kesehatan negara anggotanya. Begitu pula Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan Akupunktur Medik memiliki tempat dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Berikut ini beberapa pertanyaan tentang akupunktur medik yang sering ditanyakan:
Akupunktur medik merupakan jenis pengobatan/terapi dalam dunia kedokteran dengan cara menstimulasi titik akupunktur yang ada di permukaan tubuh untuk tujuan meningkatkan kesehatan. Dalam pelaksanaannya dapat menggunakan jarum halus (jarum akupunktur, injeksi) atau tanpa jarum (sonopunktur, laserpunktur).
Terapi dilakukan oleh Dokter Spesialis Akupunktur Medik yang telah menjalani pendidikan dokter dan dokter spesialis di fakultas kedokteran dan memiliki kompetensi di bidang akupunktur medik. Diagnosa dan terapinya diterapkan menurut kaidah kedokteran berdasarkan pada evidence based medicine dan dapat berkolaborasi dengan Dokter Spesialis bidang lain dalam tatalaksana suatu penyakit.
Akupunktur medik telah banyak diterapkan untuk berbagai penyakit akut maupun kronis, baik secara tersendiri maupun sebagai terapi penunjang. Dari berbagai penelitian ilmiah kedokteran manfaatnya antara lain meningkatkan imunitas, memaksimalkan fungsi sistem saraf, keseimbangan hormonal, menghilangkan nyeri, mengatasi penyakit metabolik, stimulasi tumbuh kembang pada anak-anak, meningkatkan kualitas hidup penderita kanker, meningkatkan sirkulasi darah dan memberikan efek relaksasi.
Tidak ada batasan usia untuk akupunktur, boleh dilakukan pada anak hingga usia lanjut. Untuk anak-anak umumnya digunakan stimulasi tanpa jarum yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak membuat anak menjadi ketakutan. Selain untuk stimulasi tumbuh kembang anak, juga sebagai terapi tambahan pada anak berkebutuhan khusus. Sedangkan untuk usia lanjut (akupunktur geriatri) salah satunya bertujuan untuk mengurangi penggunaan obat-obatan dan menjaga kesehatan agar dapat beraktivitas normal setiap hari.
Jarum akupunktur sangat halus dengan diameter 0,16-0,3 mm. Penusukan pada titik akupunktur menimbulkan sedikit rasa nyeri yang umumnya tidak berarti. Berbeda dengan laserpunktur dan sonopunktur yang tidak menimbulkan rasa nyeri sama sekali.
Hampir tidak ada efek samping yang muncul bila dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten. Seperti tindakan medis lain yang menggunakan jarum, dapat terjadi perdarahan lokal, nyeri di area penusukan hingga tertusuknya jaringan/organ. Jarum akupunktur yang digunakan adalah jarum akupunktur steril dan satu kali pakai. Sedangkan Laserpunktur dan sonopunktur hampir tidak memiliki efek samping yang merugikan.
Akupunktur tidak dilakukan pada keadaan kedaruratan medik. Tindakan akupunktur dilakukan 1-2 kali perminggu, tergantung kondisi tubuh dan penyakitnya. Satu sesi pengobatan terdiri dari 10-12 kali dan bila diperlukan dapat dilanjutkan dengan sesi berikutnya.
Keberhasilan terapi sangat bergantung pada kedisiplinan pasien dalam mengikuti jadwal terapi. Selain itu harus diikuti dengan perilaku hidup yang sehat, seperti memilih makanan sehat, rutin berolahraga, selalu memiliki pikiran yang positif dan semangat yang tinggi untuk menjaga kesehatan.
Informasi lebih lanjut dapat berkonsultasi ke:
Spesialis Akupunktur RS. Awal Bros Ayani dan RS. Awal Bros Panam
Copyright ©2024 - PT. Perdana Utama Mandiri. All right reserved