Covid-19 adalah penyakit akibat virus corona, yang dinamai SARS-CoV-2 oleh World Health Organisation (WHO). Penyakit ini menular melalui droplet dari mulut/ludah dan hidung, masuk ke dalam tubuh lewat mulut, hidung dan mata. Setelah menempel dan menginfeksi saluran nafas atau bagian tubuh lainnya, SARS CoV-2 akan bereplikasi (memperbanyak diri) di dalam sel, kemudian keluar dari sel, masuk ke dalam darah, dan menyebabkan infeksi sistemik (infeksi ke seluruh tubuh). Secara agresif, virus dapat menginvasi seluruh organvital (paru-paru, jantung, ginjal, liver, dll.), dan pada sebagian pasien, kondisi diperburukan akibat disregulasi sistem kekebalan tubuh yang menyerang diri sendiri. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan berkaitan hubungan penyakit jantung dan Covid-19.
Saya menderita penyakit jantung. Apakah saya lebih mudah terkena penyakit Covid-19?
Tidak, Semua orang bisa terjangkit Covid-19. Kemungkinan seseorang terinfeksi adalah tergantung paparan dari orang lain yang sudah terinfeksi SARS-CoV-2 melalui droplet, atau saat menyentuh benda yang sudah ditempeli oleh virus.
Virus bisa hidup pada benda mati selama 8-16 jam, tergantung jenis materialnya.
Selama terus mengikuti anjuran social distancing dengan
(1) tetap di rumah saja,
(2) menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain,
(3) selalu memakai masker jika keluar rumah, serta
(4) rajin mencuci tangan dengan air, risiko tertular pasti lebih rendah.
Apakah penderita sakit jantung mengalami gejala yang lebih berat jika terinfeksi virus corona?
Benar, Berdasarkan data yang ada, penderita sakit jantung memiliki risiko terjadi infeksi yang lebih berat, dan risiko kematian yang 2-3x lipat lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa penyakit jantung.
Risiko yang sama juga dialami oleh pasien berusia >65 tahun, penderita hipertensi/darah tinggi, diabetes melitus, penyakit ginjal, penyakit paru-paru kronis, dan penyakit gangguan kekebalan tubuh. Data di Inggris menunjukkan 9 dari 10 pasien yang meninggal akibat Covid-19 memiliki faktor risiko tersebut di atas.
Mengapa penderita jantung memiliki gejala Covid-19 yang lebih berat?
Karena pada pasien jantung sudah terdapat abnormalitas struktur dan fungsi/kekuatan jantung. Tanpa infeksi saja, kemampuan fisik pasien sudah menurun, ditandai dengan gejala nyeri dada dan sesak nafas. Jantung yang tidak sehat tidak bisa mencukupi kebutuhan metabolik normal sehari-hari.
Dalam keadaan infeksi virus corona, demam menyebabkan metabolisme meningkat, kebutuhan oksigen bertambah, batuk dan produksi lendir saluran nafas membuat tubuh semakin lelah. Pasien jantung yang awalnya stabil bisa menunjukkan tanda perburukan (deteriorasi). Akibatnya penyembuhan lebih sulit dan risiko kematian lebih tinggi.
Virus SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel melalui reseptor ACE2. Reseptor ini juga banyak terdapat pada organ jantung dan lapisan endotel pembuluh darah. Secara ilmiah, bisa dijelaskan bahwa SARS-CoV-2 secara langsung menginvasi dan merusak organ jantung.
Umur saya masih muda, dan tidak memiliki penyakit apapun. Apakah saya bisa meninggal karena Covid-19?
Manusia dari segala umur bisa terinfeksi SARS-CoV-2, termasuk bayi. Umur muda dan badan yang bugar tidak menjamin seseorang imun terhadap virus ini. Memang dengan kekebalan tubuh yang baik, pada 80-85% pasien, gejala infeksi tidak terlihat (disebut sebagai orang tanpa gejala/OTG), atau hanya bergejala ringan – sedang saja (batuk, demam, nyeri sendi) yang bisa sembuh sendiri.
Namun ada olahragawan dan orang sehat, bahkan yang sanggup menyelesaikan lari marathon (lari 42 km), telah terjangkit penyakit ini; beberapa dari mereka meninggal dunia.
Secara statistik, risiko kematian tertinggi terjadi pada golongan usia >85 tahun (fatalitas 10-27%), golongan usia 65-84 tahun (3-11%), dan 1-3% pada golongan usia 55-64%, <1% pada usia 20-54 tahun. Risiko meninggal sangat rendah (0,2%) pada golongan usia 10-19 tahun.
Kekuatiran terbesar pada orang usia muda adalah potensi menjadi carrier/pembawa virus dan menularkannya pada yang memiliki kerentanan. Lingkaran setan penularan oleh OTG juga akan membuat semakin banyak orang terinfeksi dan mempersulit eradikasi SARS-CoV-2, apalagi jika vaksin belum ditemukan.
Narasumber :
Dr. Dasdo Antonius Sinaga, SpJP (K)
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
Ketua Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) cabang Pekanbaru.
Bagikan ke :