Pendahuluan
Hati kronis adalah peradangan pada organ hati yang bersifat lama dalam hitungan tahun (kronis). Hati kronis ini disebabkan oleh Hepatitis, dimana kasus Hepatitis C agak jarang ditemukan, sekitar 3 persen saja. Namun, akibat yang muncul dari perlemakan hati bisa sampai 30 persen.
“Maka sudah bergeser yang semula dari virus kini lebih cenderung terkena penyakit hati kronis disebabkan oleh pola hidup”, ucap dr. Arif. Beliau menerangkan bahwa penyakit hati kronis yang disebabkan oleh perlemakan hati, adanya faktor risiko dari seseorang yang mengalami obesitas (berat badan berlebih), kemudian kolestrol tinggi, hingga diabetes. “Dari penyebab faktor risiko itu karena tingkat pola makan yang tak teratur hingga kurang berolahraga”, jelasnya.
Gejala pada Hati Kronis
Adapun gejala yang timbul dari hati kronis tersebut bisa terbilang 90 persen tanpa gejala bahkan terlihat seperti orang sehat. Namun secara fisik seperti badan mulai lemas, nafsu makan berkurang dan mudah merasa lelah. “Terkadang bisa timbul mata menjadi kuning, tapi lebih sering bisa tanpa gejala”, katanya. Maka perlunya deteksi dini, jangan sampai menunggu terkena hati kronis. Karena apapun penyebabnya ketika sudah mengalami Hepatitis B, C dan perlemakkan hati pada akhirnya bisa sirosis dan kanker hati. “Jadi bila seseorang yang mengalami faktor risiko bahkan yang bisa tertular Hepatitis B, C seperti ibu hamil yang bisa menular kepada bayi yang dikandungan dan apabila tidak diobati akan berlanjut hingga lahir sampai usia tua disarankan agar deteksi dini sebelum muncul komplikasi”, terangnya.
Jika seseorang tertular seperti ibu hamil bisa menularkan kepada bayinya hingga menahun, dan biasanya akan timbul ketika menginjak usia 15 sampai 20 tahun. Memasuki usia 30 tahun ke atas akan timbul komplikasi seperti sirosis dan kanker hati. Menurut dokter Arif, jika mengalami hati kronis masih bisa diobati, tetapi apabila sudah menjalar hingga komplikasi seperti sirosis dan kanker hati, harus ditangani dengan trasnplatasi hati dan operasi. Dokter akan mendeteksi dini untuk mengetahui seseorang mengidap hati kronik dengan biopsy (pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium).
Deteksi Dini dengan Alat Fibroscan
“Pengobatan terpenting dilakukan dengan deteksi dini, dan semua pengobatan sudah tersedia dan diberikan antivirus”, ujar dokter Arif. Deteksi dini penyakit hati kronis bisa tekhnologi kedokteran menggunakan fibroscan, yang merupakan suatu alat non-invasif (tanpa pendarahan) yang dapat dipakai menggantikan biopsy untuk memeriksa tingkat kerusakan jaringan hati (fibrosis) secara tepat dan akurat.
Agar terhindar dari hati kronis, kenali organ hati dengan deteksi dini. Misalkan untuk Hepatitis B dengan memeriksa darah di laboratorium dan bisa diketahui apakah positif atau tidak. Untuk mendeteksi hati liver bisa dengan USG, disamping pemeriksaan darah dan kadar kolesterol. “Bila sudah melalui rangkaian tersebut dan mengetahui kondisi terkini organ hati, dilanjutkan dengan sejauh mana tingkat kerusakan hatinya dengan fibroscan” tutup dokter Arif
Narasumber:
dr. Arif Koeswandi, SpPD – KGEH
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastoenterohepatologi Rumah Sakit Awal Bros Batam
Bagikan ke :