Kaki pengkor atau dalam istilah medis disebut clubfoot atau CTEV (Conginetal Talipes Equinus Varus) adalah kondisi telapak kaki tampak bengkok ke dalam seperti terkilir dan berbentuk tidak wajar, bisa terjadi di satu sisi atau kedua kaki. Kondisi ini biasanya merupakan bawaan lahir dengan prevalensinya cukup tinggi, sekitar 1 sampai 2 kasus per 1000 kelahiran di Indonesia.
Clubfoot atau kaki pengkor terjadi akibat kaki bayi yang salah posisi ketika masih berkembang dalam kandungan. Namun clubfoot atau kaki pengkor seringnya diakibatkan oleh kombinasi genetik dan paparan lingkungan yang dapat meningkatkan risiko cacat lahir pada bayi. Clubfoot atau kaki pengkor juga terkait dengan kondisi lainnya, seperti spina bifida, juga hasil cedera saraf, otot, sistem tulang dan pemendekan tendon. Oleh karena itu, segera setelah dicurigai, dokter akan segera merujuk bayi baru lahir untuk menjalani tes kesehatan.
Adapun beberapa gejala dari kaki pengkor atau clubfoot yaitu punggung kaki bengkok ke bagian bawah (telapak menghadap atas sementara punggung bengkok kebawah) sehingga tampak terbalik, kelemahan otot betis, kaki yang mengalami clubfoot biasanya lebih pendek dari sisi satunya. Terpenting, clubfoot tidak menyebabkan rasa sakit.
Sebenarnya kondisi seperti ini bisa diidentifikasi langsung setelah bayi lahir, karena memang bisa dilihat langsung dengan kasat mata. Periode emas penanganan clubfoot terjadi saat 1 sampai 2 minggu setelah bayi lahir dengan harapan presentase kesembuhan lebih tinggi. Namun, jika tidak segera ditangani akan memperparah kodisi kaki si bayi. Selain menurunkan presentase kesembuhan, penanganan yang tidak sesegera mungkin juga bisa mengahambat pertumbuhan si bayi seperti pola jalan tidak normal karena kondisi kaki.
Penanganan terbaik untuk kondisi clubfoot adalah tatalaksana non operatif secara bertahap dengan metode Ponsetti yang diperkenalkan oleh Profesor Ignacio Ponsetti dari Universitas Iowa, Amerika Serikat. Biasanya semakin muda pasien, repetisi pemakaian gips akan semakin sedikit. Penggantian gips umumnya dilakukan di antara interval 7 hari. Namun, pada umumnya setelah 5 sampai 6 kali repetisi akan dilakukan evaluasi ulang apakah pasien sudah cukup dengan tata laksana gips saja atau perlu tahapan selanjutnya.
Biasanya tahapan selanjutnya dilakukan pemasangan Dennis Brown Brace yang harus dipakai selama 23 jam dalam sehari dan dipakai selama sekitar 3 bulan. Kemudian dievaluasi kembali dan dilanjutkan Dennis Brown Shoe saat tidur per hari hingga usia 4 tahun. Kunci dalam penanganan ini adalah kedisiplinan pemakaian. Maka dari itu perlu adanya support dari keluarga untuk memastikan penggunaan alat secara benar dan teratur.
Kini Rumah Sakit Awal Bros A.Yani unit Rehabalitasi Medik telah dilengkapi Ortotik Prostetik guna meningkatkan pelayanan kesehatan. Pasien dapat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan Ortotis Prostetis RS Awal Bros A.Yani untuk mendapatkan informasi dan kebutuhan penggunaan alat bantu gerak tubuh di hari praktek Senin hingga Sabtu atau dapat menghubungi 0761-21000 (Customer Care) dan 0813 7146 3323 (WhatsApp Only) untuk informasi lebih lanjut.
Narasumber :
Kurnia Bagus Pramono, AMd.OP
Orthotik Prostetik RS Awal Bros A.Yani
Bagikan ke :