Gigi tidak hanya bagian penting dari penampilan, tapi juga memiliki kaitan lain dengan fungsi organ lain. Pemasangan kawat gigi yang tidak dilakukan oleh ahlinya, kenyataannya justru memperparah keadaan rahang dan wajah. Hal ini bahkan dapat berpengaruh terhadap kesehatan penggunanya. Baik untuk alasan kecantikan ataupun kesehatan, banyak orang memutuskan untuk menggunakan kawat gigi. Kawat gigi sendiri adalah alat bantu yang digunakan dokter gigi untuk memperbaiki susunan gigi dengan cara memberikan tekanan pada gigi dalam periode waktu yang panjang. Beragam alasan mulai dari ketidakrapian gigi dan bentuk rongga mulut mendasari seseorang untuk memutuskan menggunakan kawat gigi.
Pemasangan Kawat Gigi
Pemasangan kawat gigi yang tidak sesuai aturan dan dilakukan oleh bukan pada ahlinya, justru meninggalkan masalah lain seperti nyeri wajah, gusi bengkak, asimetri wajah, infeksi gusi, gangguan fungsi kunyah dan masalah lainnya. Dokter gigi spesialis ortodonti Rumah Sakit Awal Bros Batam, drg. Josephine R Trenggonowati, SpOrt mengatakan suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsinya dinamakan Maloklusi.
Maloklusi sendiri dipengaruhi faktor keturunan, dimana ada ketidaksesuaian ukuran rahang dengan ukuran gigi dalam mulut. “Dalam sebuah contoh kasus, garis keturunan seorang anak mengikuti ukuran rahang ibu yang kecil. Namun untuk ukuran gigi anak tersebut, ia mengikuti ukuran gigi ayah yang besar,” terang dokter gigi spesialis ortodonti tersebut. Keadaan ini akan membuat si anak memiliki gigi yang tidak cukup letaknya dalam lengkungan gigi, sehingga gigi anak akan berdesakan atau saling berhimpitan. Ada beberapa kebiasaan lainnya pada anak yang menyebabkan susunan gigi menjadi tidak baik. Beberapa alasan di antaranya adalah mengisap ibu jari, mengisap bibir bawah, menggigit kuku atau pensil dan lainnya.
Maloklusi sendiri terbagi menjadi tiga klasifikasi menurut angle atau sudut.
Maloklusi Klas I. Biasanya hanya sebatas ketidakteraturan pada gigi dalam batasan normal. Misalnya gigi tampak berdesakan atau berhimpitan. Bisa juga ada jarak antara gigi satu dengan yang lain, atau gigi tidak berada pada tempat yang seharusnya dan sebagainnya.
Maloklusi Klas II. Kondisi dimana lengkung gigi atas yang menonjol keluar.
Maloklusi Klas III. Merupakan kebalikan dari kondisi Klas II. Di mana lengkung gigi bawah keluar dari jalur semestinya.
Pengaruh maloklusi terhadap pengidapnya sendiri berbeda beda tergantung klas tersebut. “Ada yang merasakan nyeri pada engsel rahang atau otot wajah, pusing, gangguan fungsi bicara hingga fungsi kunyah,” sebut dokter gigi spesialis ortodonti dari Rumah Sakit Awal Bros Batam.
Pemasangan Kawat Gigi pada Maloklusi
Pengaruh tersebut juga menjadi-jadi apabila maloklusi ditangani oleh seorang yang bukan ahli di bidangnya, “Banyaknya kasus pemasangan kawat gigi bukan di dokter ahli justru berakhir ketidaksesuaian harapan pasien. Mengharapkan gigi tertata rapi justru berakhir nyeri pada rahang penyangga gigi,” ujarnya. Padahal beda kelas Maloklusi, beda penanganannya, kata drg. Josephine.
Kecenderungan harga murah biasanya mempengaruhi keputusan seseorang. “Padahal pemasangan kawat gigi tergantung kelas Maloklusi seseorang. Ini tergantung hasil dari foto panoramic gigi,” ucap dokter gigi spesialis ortodonti tersebut. Jika gigi terlalu berhimpitan, biasanya dokter spesialis Ortodonti akan memutuskan pencabutan gigi yang berada di tempat yang kurang sesuai tersebut. “Seiring berjalannya waktu melalui pemasangan kawat gigi, gigi akan bergerak secara perlahan menempati rongga yang kosong, sampai akhirnya gigi terlihat rapih,” jelasnya.
Lalu, apa yang perlu dilakukan selama proses perawatan ortodonti? Paling penting adalah menjaga kebersihan mulut. Lainnya adalah dengan menjaga cara makan melalui memotong kecil makanan. Hindari juga makanan yang lengket dan keras dan tentu saja kontrol rutin. Drg. Josephine, SpOrt juga mengungkapkan hasil pemasangan ortodonti cetak tidak akan terlihat, seperti sudah pernah memasang kawat gigi. “Kasus berbeda jika terjadi pada anak-anak di masa peralihan gigi susu. Maka anak-anak akan dipasangkan kawat gigi atau ortodonti lepasan.”
Kawat Gigi Lepasan (Ortodonti Lepasan)
Alat ortodonti lepasan ini digunakan terbatas pada kasus yang ringan saja. Contohnya pada anak, ortodonti lepasan digunakan untuk mengoreksi kelainan tata letak satu atau beberapa gigi. “Ortodonti lepasan ini juga biasanya digunakan pasca-perawatan ortodonti aktif selesai. Ortodonti lepasan disebut juga dengan retainer untuk mencegah bergesernya kembali susunan gigi,” jelas dokter gigi sepesialis ortodonti tersebut. Usia paling efektif untuk pemasangan kawat gigi sebenarnya adalah usia 8–14 tahun. Karena pada usia tersebut, tulang wajah masih berkembang.
Apakah orang dewasa tidak efektif memasang kawat gigi? Drg. Josephine mengatakan tidak ada kata terlambat. Hanya saja orang dewasa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk perawatan ortodonti. Selama proses ini membutuhkan waktu lebih dari 2 tahun.
Karena penggunaan kawat gigi mempunyai resiko, baik jangka pendek maupun jangka panjang, maka pemasangan harus dilakukan oleh dokter gigi yang memiliki kompetensi di bidang ortodonti. Dokter gigi umum, dokter gigi spesialis ortodonti memiliki kompetensi untuk melakukan perawatan behel gigi. Yang membedakan adalah kasus yang boleh ditangani disesuaikan dengan pendidikannya. Karena sudah mengikuti pendidikan lanjut untuk ortodonsi, maka dokter spesialis ortodonsi memiliki kewenangan untuk menangani kasus kelainan susunan gigi ringan hingga berat.
Ilustrasi gambar oleh Exclusive Vectors on Freepik
Bagikan ke :