Banyak masyarakat yang belum mengenal penyakit sindrom kepala meledak atau Exploding Head Syndrome (EHS). Ini merupakan kondisi medis yang serius karena membuat seseorang tidak bisa tidur. Jenis suara yang didengar seperti dengingan hingga ledakan. Biasanya berlangsung beberapa detik atau terdengar mendadak.
Dr. Lilir Amalini, Sp. S, CFIDN selaku Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Evasari Awal Bros Jakarta menjelaskan bahwa Exploding Head Syndrome (EHS) adalah salah satu bentuk parasomnia. Parasomnia adalah hal-hal yang tidak seharusnya terjadi dalam siklus tidur Anda. Pada EHS Anda akan merasakan mendengar suara yang amat keras sesaat sebelum anda tertidur atau saat anda terbangun di malam hari. Rasanya seolah-olah terjadi ledakan dalam kepala.
Menurut Dokter Lilir dari literatur yang didapatkan bahwa wanita lebih sering mengalaminya dibanding laki-laki, walaupun sampai saat ini belum diketahui jumlah pastinya. Ditemukan usia paling muda 10 tahun, namun pada usia diatas 50 tahun lebih banyak terjadi. “Rata-rata kejadian onset saat usia 58 tahun,” ujar Dokter Lilir.
Gejala dan Penyebab Sindrom Kepala Meledak
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Evasari Awal Bros Jakarta, Dr. Lilir Amalini, Sp. S, CFIDN mengatakan bahwa gejala sindrom kepala meledak ini tidak seperti namanya karena penderita Exploding Head Syndrome (EHS) tidak merasakan nyeri kepala. “Pada EHS Anda akan merasa mendengar suara yang amat keras seperti ledakan bom, petasan, tembakan atau petir yang menggelegar sesaat sebelum tidur atau saat terbangun di malam hari. Pada umumnya penderita EHS terbangun dengan rasa ketakutan dan bisa disertai melihat kilatan cahaya ataupun kedutan pada otot,”terangnya.
Para ahli menyatakan ada beberapa kemungkinan penyebab sindrom kepala meledak antara lain kejang parsial pada bagian lobus temporal otak, pergeseran bagian kecil dalam tuba eustachius di telinga tengah ataupun stres atau kecemasan yang berlebihan. Meskipun begitu ada kemungkinan penyebab lain dari suara keras tersebut seperti penyakit gangguan tidur lainnya, efek samping obat yang sedang diminum, kondisi psikologis lainnya ataupun akibat dari penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.
Tips Hindari Sindrom Kepala Meledak
Dr. Lilir Amalini, Sp. S, CFIDN yang merupakan Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Evasari Awal Bros Jakarta mengatakan umumnya sindrom kepala meledak ini tidak diperlukan test khusus EHS. Namun jika benar-benar mengganggu maka kemungkinan dokter akan menyarankan pemeriksaan Polysomnography (PSG). PSG adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa gangguan tidur. Alat tersebut akan merekam gelombang otak, denyut jantung, pola nafas serta gerakan tangan dan kaki Anda selama tidur. “Jika anda merasa memerlukan obat, sebaiknya anda langsung menemui dokter”tukasnya.
Dokter Lilir menyatakan ada beberapa macam diagnosis banding pada sindrom kepala meledak atau Exploding Head Syndrome (EHS) diantaranya adalah nocturnal headache atau tipe nyeri kepala malam hari (hypnic headache, cluster headaches dan migrain). Kelainan pada rongga subarachnoid otak, tumor otak. Semua hal tersebut biasanya disertai nyeri kepala intensitas sedang hingga berat.
Tips Hindari Sindrom Kepala Meledak:
- EHS dapat terjadi saat Anda kurang tidur, maka dianjurkan cukup tidur yaitu 6-8 jam tiap malam.
- Lakukanlah relaksasi seperti berjalan kaki sejenak, membaca sebelum tidur, mandi air hangat, beribadah atau apapun yang bisa membuat anda rileks.
Hindari alkohol karena dapat menyebabkan gangguan tidur.
Ilustrasi Gambar: JC Gellidon
Bagikan ke :