Komplikasi jantung akibat Covid-19 adalah antara lain serangan jantung (sindroma koroner akut), gagal jantung, gangguan irama, dan peradangan jantung (miokarditis). Selain demam, batuk kering, badan lemas (ketiga ini merupakan simptom tersering Covid-19), gejala pada jantung adalah nyeri dada, sesak nafas, berdebar-debar.
Peradangan sistemik yang hebat pada Covid-19 menyebabkan plak pada pembuluh koroner jantung menjadi plak yang tidak stabil, lalu pecah/ruptur, sehingga terjadi proses koagulasi/penggumpalan darah. Gumpalan darah/trombus) menutup aliran darah (kaya oksigen) ke dalam jantung. Karena iskemia jantung (kekurangan oksigen), keluhan dirasakan sebagai nyeri dada bagian kiri, bisa menjalar ke punggung atau leher. Gejala ini bisa disertai dengan keringat dingin dan sesak nafas. Mekanisme ini mirip dengan kejadian serangan jantung pada umumnya.
Sesak nafas, terutama saat aktivitas ringan dan tidak bisa tidur berbaring (sehingga pasien cenderung istirahat posisi duduk) adalah gejala gagal jantung. Cairan memenuhi ruang interstitial paru-paru. Ini sering terjadi karena perburukan kondisi gagal jantung yang memang sudah dialami oleh pasien.
Gangguan irama atau aritmia ditandai dengan detak jantung yang biasanya sangat cepat, kadang-kadang tidak beraturan (dikenal dengan fibrilasi atrium atau atrial fibrillation). Karena detak jantung yang terlalu cepat, masa pengisian jantung menjadi saat singkat, sehingga volume darah yang bisa dipompakan juga berkurang. Keluhan pasien berupa jantung berdebar, sesak nafas, lemas, dan cepat capek.
Komplikasi lain dari Covid-19 yang menyerang jantung adalah miokarditis. Miokarditis, berasal dari kata miokard (jantung) dan akhiran –itis (radang), artinya adalah peradangan pada jantung. Miokarditis ini ramai didiskusikan di antara dokter spesialis jantung, terutama di awal komplikasi ini dikenal. Gejala miokarditis menyerupai serangan jantung, yaitu nyeri dada dan sesak nafas. Hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rekam jantung juga serupa. Yang membedakan adalah hasil pemeriksaan kateterisasi jantung dan fungsi pompa jantung. Pada pasien yang benar-benar serangan jantung (sindroma koroner akut), akan terlihat penyempitan pembuluh darah jantung akibat proses aterosklerosis, dan seringkali ditemukan gumpalan darah (trombus). Pada pasien miokarditis, tidak terlihat plak atheroskeloris yang menutup aliran darah arteri ke jantung.
Mengapa komplikasi Covid-19 terhadap jantung lebih berat daripada infeksi virus atau bakteri lain yang pernah ada selama ini?
Sebenarnya infeksi virus lain (misalnya influenza dan herpes) dan bakteri (misalnya pnemonia atau infeksi saluran kemih) yang bersifat sistemik (menyerang seluruh tubuh) bisa menyebabkan serangan jantung (dikenal sebagai serangan jantung tipe II atau Type II Myocardial Infarction), perburukan gagal jantung dan aritmia. Hal ini sering ditemukan, terutama jika pasien memiliki faktor risiko lain, yaitu usia lanjut, diabetes, gangguan ginjal, dan penyakit paru menahun
Agresivitas lain virus SARS-CoV-2 terhadap tubuh manusia adalah karena kemampuannya mengganggu regulasi imunitas tubuh. Secara alamiah, tubuh akan mengaktivasi pertahanan tubuh, melalui pembentukan sel darah putih, terutama netrofil dan limfosit. Sel-sel ini akan mengenali virus sebagai “benda asing” untuk diserang dan dihancurkan.
Pada tahap lebih lanjut, akan terbentuk antibodi atau imunoglobulin. Antibodi yaitu suatu protein yang bisa mengenali dan menghancurkan virus, dan memiliki memori spesifik terhadap virus yang sama jika infeksi terjadi lagi di masa yang akan datang (Pada SARS-CoV-2, belum diketahui jelas, berapa lama antibodi bertaha.
Beberapa ahli mengatakan antibodi SARS-CoV-2 akan menghilang dalam waktu 1-2 tahun sejak infeksi pertama). Pada infeksi Covid-19, sistem kekebalan tubuh bisa menjadi tidak teratur/disregulasi, dan berlebihan. Tubuh memiliki sel-T, yaitu salah satu sel imunitas untuk melawan infeksi. Saat diaktifkan, sel-T akan memproduksi sitokin, untuk memicu pembentukan lebih banyak lagi sel-T lagi; salah satunya Sel-T sitotoksik (Sitotoksik artinya adalah pembunuh sel).
Sel-T sitotoksik akan beredar ke seluruh tubuh bersama aliran darah dan menghanurkan sel-sel yang sudah rusak atau terinfeksi. Dalam kondisi “chaos,” sel-T sitotoksik ini tidak bisa mengenali antara sel yang sehat dan yang sudah terinfeksi, akhirnya merusak semua sel, termasuk sel yang sehat. Secara medis, kondisi ini diistilahkan cytokine storm (badai sitokin). Kekebalan tubuh menyerang diri sendiri. Jika merusak jantung, terjadilah apa yang disebutmiokarditis atau peradangan jantung.
Narasumber :
Dr. Dasdo Antonius Sinaga, SpJP (K)
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
Ketua Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) cabang Pekanbaru.
Bagikan ke :