Gejala radang usus buntu, awalnya mirip dengan sakit lambung atau maag. Rasa nyeri bagian perut sekitar pusar, sering kali diacuhkan oleh penderita. Padahal jika lambat ditangani, radang ini bisa menyebabkan pecahnya usus buntu.
Banyak orang salah kaprah soal usus buntu. Usus buntu (apendiks) merupakan organ berbentuk kantong kecil dan tipis yang terhubung pada usus besar. Dalam dunia kedokteran, penyakitnya disebut dengan radang usus buntu atau apendisitis. Gejala apendisitis memang menyerupai sakit perut biasa, namun jika lebih jeli melihat gejala, penderita bisa cepat ditangani.
Dokter Spesialis Bedah Umum RS Awal Bros Batam, dr. Sri Wulandari, SpB menyampaikan, jika terjadi gejala tersebut dianjurkan segera datang ke dokter. “Dokter selanjutnya akan memastikan diagnosis dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium, USG dan pemeriksaan penunjang lainnya,” kata Wulan.
Kebanyakan pasien yang takut menjalani operasi, kemudian memilih minum obat, tetap saja berujung pada tindakan operasi. Karena usus buntu tidak bisa ditangani dengan obat-obatan. “Rasa sakitnya mungkin saja hilang dengan obat anti nyeri, tapi radang akan tetap berlanjut,” ujarnya. Penanganan apendisitis yang lazim dilakukan adalah dengan operasi pengangkatan usus buntu (appendectomy).
Operasi ini bisa dilakukan secara konvensional atau laparoscopy. “Pada dasarnya tujuan operasinya adalah pengangkatan usus buntu. Jadi pasien bisa memilih teknik operasi mana yang diinginkan,” ucapnya. Bedah laparoscopy atau bedah minimal invasive merupakan teknik pembedahan yang dilakukan hanya dengan menggunakan sayatan kecil sekitar 0,5 centimeter dan 1,2 centimeter. “Atau biasanya disebut dengan prosedur lubang kunci ini sangat minimal bekas luka, bahkan bisa dibilang tidak ada bekas operasinya,” ucapnya.
Namun, tidak semua penderita penyakit usus buntu dapat menjalani operasi laparoscopy ini. Misalnya, usus buntu yang sudah pecah dan infeksinya sudah menyebar. “Apabila ini terjadi, penderita membutuhkan prosedur bedah terbuka atau konvensional sekaligus membersihkan rongga perut yang terkena infeksi bakteri tersebut,” jelasnya. “Pembedahan konvensional sering kali meninggalkan bekas luka permanen yang cukup panjang,” tambahnya. Kedua prosedur ini memerlukan bius total (general anasthesia), pemeriksaan standar sebelum tindakan operasi dilakukan untuk keamanan pasien. “Pemeriksaan laboratorium, x ray dada dan rekam jantung juga dilakukan bila diperlukan.
Pasien juga diharuskan puasa minimal 6 jam sebelum operasi,” terangnya. Mengenai tindakan operasi laparoscopy dilakukan dengan menggunakan instrument khusus laparoscopy, dipandu dengan kamera kecil yang masuk ke rongga perut dan dilihat melalui layar monitor. Usus buntu dilepaskan dari penggantungnya, aliran pembuluh darah apendiks dihentikan, pangkal usus buntu diikat dan kemudian usus buntu dipotong.
Setelah itu, usus buntu ditampung dalam kantong khusus dan dikeluarkan dari rongga perut. “Pengangkatan usus buntu, sejauh ini menurut penelitian belum menimbulkan efek samping,” ucapnya. Rumah Sakit Awal Bros Batam sendiri sudah cukup berpengalaman menangani bedah di dalam rongga perut secara laparoscopy.
Gejala Radang Usus Buntu (Apendisitis) di Antaranya:
- Kehilangan nafsu makan
- Perut kembung
- Mual dan muntah
- Demam
- Susah buang gas