Kemoterapi perlukah pada kanker payudara?

Sobat Awal Bros, tahukah kalian bahwa saat ini penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Kementerian Kesehatan menyebutkan penyakit kanker mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1.79 per 1000 penduduk, naik dari tahun 2013 sebanyak 1.4 per 1000 penduduk.

Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Data tersebut juga menyatakan 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena kanker. Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker.

Sobat Awal Bros, yang sering kita dengar bahwa pengobatan kanker biasanya identik dengan kemoterapi. Hal ini dilakukan untuk mencegah sel kanker semakin menyebar. dr. Indra Hidayah Siregar, SpB (K) Onk selaku Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi RS Awal Bros batam mengatakan Kemoterapi pada penderita kanker seharusnya dilakukan melihat dari indikasi dan kebutuhan. Ia menyebutkan pada penderita dengan stadium dini atau grade tumornya rendah, Kemoterapi tidak perlu dilakukan. Namun sayangnya, kebanyakan kasus penderita kanker yang datang ke rumah sakit sudah dengan kondisi stadium besar. Sehingga memerlukan penanganan Kemoterapi. “Yang dikhawatirkan dari Kemoterapi inikan efek sampingnya. Seperti perubahan pada sistem trombosit pada darah, lalu hemoglobin, hingga kerontokan pada rambut,” ujarnya. Guna mengatasi efek samping tersebut di atas, telah tersedia pula berbagai obat-obatan. Mulai dari transfusi darah, transfusi trombosit, dan lain sebagainya. “Kalau rambut rontok nggak perlu, karena nantinya akan tumbuh sendiri. Pengobatan ini standarlah di seluruh dunia,” ucapnya.

Dokter yang juga menjadi anggota dari American Society Clinical Onkologi (ASCO) itu juga membagikan beberapa tips mencegah penyakit kanker. “Hidup yang sehat dan benar. Jangan stres dan dekat kepada Tuhan. Karena sudah terbukti ketika kita senang, bahagia, sel tubuh kita juga happy,”ucapnya. Kemudian ubah pola makan dengan menghindari junk food, makanan bakar-bakaran, makanan berlemak, makanan bersantan, gorengan dan terutama gula. “Mungkin bisa dengan dibatasi, jadi bukan betul-betul tidak boleh. Terutama makanan mengandung gula. Sebab gula itu makanan bagi sel kanker. Jadi lebih baik dihindarkan,” tuturnya.

Olahraga secara teratur sehingga membuat hormon jadi merata, makan-makanan berserat sehingga jika ada lemak berlebihan bisa dibuang oleh serat. Terakhir tentunya melakukan deteksi dini secara berkala.

“Deteksi dini itu perlu, buat mencegah kanker payudara misalnya, dari usia 20-30 tahun harus melihat ke cermin adakah perubahan pada payudara. Di atas 30 tahun lakukan deteksi dini secara klinis. Secara berkala temui dokter terkait, bisa setahun atau tiga tahun sekali lakukan mammografi,” ujar dr. Indra.

Narasumber: dr. Indra Hidayah Siregar, SpBS

Bagikan ke :

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.