Kurang Percaya Diri, Bangun Sifat Konsumerisme

Di era ini, berbagai macam hal akan bergerak berubah dengan cepat. Contohnya adalah fashion, perkembangan teknologi, dan hal lainnya yang kerap menawarkan model terupdate setiap saat. Ketika melihat barang fashion atau gadget terbaru, tak sedikit dari kita yang ingin segera membawanya pulang. Kita tentu akan memutar otak untuk bisa memiliki barang–barang tertentu yang didamkan. Maryana, M, Psi, Psi selaku psikolog di Rumah Sakit Awal Bros Batam mengatakan bahwa seseorang yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain, termasuk masalah gengsi serta takut ketinggalan dengan orang lain, akan menjadikan seseorang tersebut mempunyai sifat konsumerisme.

Konsumerisme dan Kurang Percaya Diri

“Kalau di zaman sekarang, wajar jika seseorang lebih konsumtif, walau kewajarannya juga harus dilihat lagi,” ujar Psikolog tersebut. Jika sudah mempunyai sifat konsumerisme, maka segala hal akan kita lakukan untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Segala hal yang dilakukan tidak mesti merugikan orang lain, tetapi orang tersebut bisa saja menabung, mengajukan kredit, atau melakukan segala cara agar barang yang diinginkan bisa kita dapatkan.

“Sebenarnya kurang baik kalau kita meletakan kebahagiaan dengan membeli barang-barang yang dibeli karena ingin bukan karena butuh. Hal itu membuat kita menjadi lebih konsumtif,” katanya. Konsumerisme muncul saat kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain atau tren. Yang lebih parah, seandainya merasa tidak aman jika tidak mengikuti tren saat ini hingga tidak mempedulikan orang lain.

“Orang tua juga mempengaruhi sifat konsumtif. Selain itu juga dipengaruhi lingkungan sekitar, dan yang paling utama adalah karena rasa tidak aman. Rasa tidak aman di sini berarti yang bersangkutan tidak bisa menerima kondisi dirinya sendiri. Oleh sebab itu ia menggunakan barang yang dimiliki sebagai benteng pertahanan untuk percaya diri. Padahal, percaya diri bukan datang dari barang-barang yang dipakai, tetapi penerimaan dan potensi diri,” tuturnya. Ada baiknya ketika kita tertarik untuk membeli sesuatu, pertimbangkan dulu sebelum benar-benar membeli. Perlu diingat, keinginan bukan berarti kebutuhan, tapi kadang lebih ke arah ingin berada di posisi yang lebih daripada orang lain. Jika sudah terpenuhi, belum tentu akan bahagia atau tenang, karena sibuk membandingkan diri dengan orang lain.

“Kita akan jauh lebih bahagia saat membantu orang lain dalam kesusahan. Hal tersebut akan bertahan lebih lama dibandingkan menaruh kebahagiaan pada barang yang cuma sementara. Lama-lama barang tersebut akan membuat kita bosan, sehingga membeli sesuatu yang baru lagi,” ucap Psikolog tersebut.

Tips Mengontrol Konsumerisme

  1. Sadar dengan kondisi saat ini
  2. Menimbang sebelum membeli
  3. Ubah pola pikir, sadari bahwa barang-barang baru bukanlah segalanya
  4. Cari teman yang menerima Anda apa adanya

 

Ilustrasi gambar oleh Artem Bali

Bagikan ke :

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.