Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 2,2 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan penglihatan, mulai dari ringan hingga berat. Sekitar setengahnya sebenarnya bisa dicegah atau ditangani dengan intervensi sederhana, seperti operasi katarak atau pemberian kacamata yang sesuai.
Pada tahun 2020, terdapat 43 juta orang buta dan 295 juta orang mengalami gangguan penglihatan sedang hingga berat di seluruh dunia, dengan lebih dari 55% penderitanya adalah perempuan. Mayoritas kasus kebutaan terjadi di negara berpenghasilan rendah hingga menengah, di mana akses terhadap layanan kesehatan mata masih terbatas. WHO juga melaporkan bahwa 75% kasus kebutaan dapat dicegah atau diobati.
Menurut International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB), pada tahun 2020 terdapat 35 juta orang di Indonesia yang mengalami gangguan penglihatan. Dari jumlah tersebut, 3,7 juta orang mengalami kebutaan (buta meski dengan koreksi penglihatan terbaik). Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki beban gangguan penglihatan yang cukup tinggi dibandingkan rata-rata global.
Gangguan pada kornea menjadi salah satu penyebab kebutaan yang signifikan di dunia. Diperkirakan 1,9 juta orang buta akibat opasitas kornea (keruhnya kornea), yang setara dengan sekitar 5% dari seluruh kebutaan global.
Jika melihat data yang lebih luas, jumlah penderita kebutaan karena penyakit kornea bisa mencapai 6–8 juta orang dari total sekitar 45 juta orang buta bilateral di dunia. Di beberapa negara berkembang seperti India dan wilayah Afrika, kebutaan akibat kornea bahkan mencapai 11–30% dari seluruh kasus kebutaan, jauh lebih tinggi dari rata-rata global.
Apa itu Kornea?
Kornea adalah bagian depan mata yang bening dan transparan, mirip seperti “jendela” yang melindungi bagian dalam bola mata sekaligus membantu memfokuskan cahaya agar kita dapat melihat dengan jelas. Berbeda dengan organ tubuh lainnya, kornea tidak memiliki pembuluh darah, sehingga harus selalu jernih untuk menjaga penglihatan yang optimal.
Kornea memiliki tiga peran penting:
Perlindungan fisik – bertindak sebagai “dinding” terluar bola mata.
Pertahanan dari kotoran dan benda asing – mencegah partikel berbahaya masuk ke dalam mata.
Media refraksi – berperan besar dalam memfokuskan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang tajam.
Gangguan pada Kornea yang Dapat Menyebabkan Kebutaan
Sejumlah kondisi dapat merusak kejernihan kornea dan berujung pada penglihatan buram hingga kebutaan, di antaranya:
Infeksi kornea – akibat bakteri, jamur, atau virus. Gejalanya meliputi mata merah, nyeri, bengkak, sensitif terhadap cahaya, mata berair, dan penglihatan kabur.
Keratokonus – penipisan kornea yang membuat bentuknya berubah dari kubah menjadi kerucut, sehingga penglihatan menjadi buram. Kondisi ini sering berkaitan dengan alergi mata atau kebiasaan mengucek mata.
Distrofi kornea – kelainan genetik yang membuat kornea jernih menjadi keruh, disertai keluhan silau, mata kering, atau buram tanpa rasa nyeri.
Trauma mata – seperti cedera kimia, luka tembus, atau alergi berat (misalnya pada Steven Johnson Syndrome).
Ketika kornea yang seharusnya bening menjadi keruh, cahaya tidak dapat masuk dengan sempurna ke mata. Akibatnya, penglihatan akan terganggu secara signifikan bahkan sampai kehilangan penglihatan total.
Transplantasi Kornea (Keratoplasty) – Jalan Menuju Penglihatan yang Lebih Baik
Jika pengobatan dengan obat atau terapi lain tidak berhasil, transplantasi kornea menjadi pilihan efektif. Prosedur ini mengganti sebagian atau seluruh kornea yang rusak dengan kornea donor yang sehat.
Manfaat transplantasi kornea antara lain:
Memperbaiki penglihatan
Meningkatkan penampilan mata secara estetis
Mencegah kerusakan lebih lanjut pada mata
Mempertahankan bentuk dan integritas bola mata
Mengatasi penyakit kornea yang tidak bisa sembuh dengan obat-obatan
Hasilnya sangat bervariasi, tetapi banyak pasien merasakan peningkatan signifikan pada kualitas penglihatan dan kehidupan sehari-hari.
Apakah Transplantasi Kornea Aman?
Transplantasi kornea termasuk prosedur yang aman, namun tetap memiliki risiko. Salah satu risiko yang perlu diwaspadai adalah penolakan kornea donor, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan kornea yang ditransplantasikan. Kondisi ini terjadi pada sekitar 10% pasien, tetapi dapat diatasi dengan penanganan medis yang tepat.
Layanan Transplantasi Kornea di RS Awal Bros
RS Awal Bros menyediakan layanan transplantasi kornea dengan teknologi bedah modern dan tim dokter mata berpengalaman. Kami memastikan setiap pasien mendapatkan pemeriksaan menyeluruh, perawatan yang aman, dan pendampingan pascaoperasi agar hasilnya optimal. Untuk saat ini, layanan transplantasi kornea RS Awal Bros merupakan layanan transplantasi kornea pertama di wilayah Riau dan Kepulauan Riau.
Bagi Anda atau orang terdekat yang mengalami gangguan penglihatan akibat kerusakan kornea, jangan tunda untuk berkonsultasi. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk mendapatkan kembali penglihatan yang jernih. Konsultasikan kesehatan mata Anda dengan dokter kami, jadwal praktik dapat dilihat di aplikasi Halo Awal Bros atau kunjungi website www.awalbros.com. Informasi lebih lanjut hubungi call center kami 1500088
Artikel oleh : dr. Hessy Helena Molle, Sp.M (Dokter Spesialis Mata, Subdivisi Infeksi, Kornea dan Imunologi Eye Center RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru)