Kata-kata “hati-hati obesitas,” sering terdengar saat Idul Fitri sebab hari tersebut memperingati hari kemenangan setelah berpuasa satu bulan penuh. Makan sajian nikmat pada hari lebaran, seperti ketupat, rendang, opor, kue kering dan masih banyak lagi adalah hal yang normal. Namun jangan terbuai dengan menu nikmat lebaran ini terlebih lagi apabila pola makan tidak diatur dan dikontrol karena tanpa diduga, berat badan akan bertambah tanpa disadari, dengan kata lain kita bisa menjadi obesitas atau kelebihan berat badan.
Apa itu Obesitas?
Obesitas akhir-akhir ini semakin sering terdengar. Betapa tidak, jika dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 jumlah orang gemuk di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan data mencatat bahwa Indonesia berada pada peringkat 10 negara kelebihan berat badan atau obesitas terbanyak.
Kondisi ini merupakan kondisi berlebihnya lemak tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan. Begitu tingginya angka penderita dan banyaknya komplikasi kesehatan yang ditimbulkan, membuat obesitas masuk ke dalam kategori penyakit.
Bahaya Obesitas
Kelebihan berat badan sebaiknya dihindari karena bisa membahayakan tubuh. Selain mengarah kepada penampilan, seseorang yang menderita kelebihan berat badan memiliki risiko mudah terkena penyakit lainnya seperti diabetes tipe 2, darah tinggi, kolesterol, asam urat, osteoatritis atau peradangan sendi. Kondisi ini juga bisa memicu terjadinya serangan jantung dan gangguan pernafasan. Tidak hanya itu obesitas bisa megakibatkan serangan stroke, gangguan kesuburan, hingga depresi.
Penyebab Obesitas
Pola makan yang tidak benar merupakan penyebab terjadinya obesitas. Apalagi di masa saat ini begitu banyak makanan yang mengandung tinggi lemak dan garam. Begitu pula makanan yang manis-manis dan berkarbohidrat tinggi. Ketika asupan kalori yang kita makan jauh lebih besar daripada yang keluar di situlah berpotensi terjadi obesitas.
Berdasarkan hasil riset kesehatan, Indonesia memang mengalami peningkatan prevalensi kelebihan berat badan hingga hampir 30 persen, tidak jauh berbeda dengan angka prevalansi dunia. Riau merupakan salah satu provinsi dengan angka penderita obesitas yang tinggi.
Deteksi Obesitas
Untuk mengetahui seseorang menderita obesitas atau tidak sebaiknya dengan pemeriksaan komposisi tubuh. Pengukuran komposisi tubuh dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan komposisi tubuh. Alat ini bekerja untuk menghitung kadar lemak tubuh, kandungan otot, tulang, kadar air hingga usia sel metabolik.
Namun ketika timbangan komposisi tubuh tidak ada, cara yang mendekati adalah melalui perhitungan indeks massa tubuh (IMT), di mana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter. Hasil penghitungan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kelompok. Jika indeksnya di bawah 18,5 , artinya berat badan kurang , 18,5-22,9 berat badan ideal, 23-24,9 berat badan lebih (overweight), 25-29,9 obesitas derajat 1, di atas 30 masuk dalam kategori obesitas derajat 2. Misalnya berat badan 70 kg, lalu tinggi badan 170 cm (1,70 meter). Maka indeks massa badan adalah 70/(1,7×1,7) = 24,22. Dari angka tersebut, masuk ke kategori berat badan berlebih (overweight).
Pengaturan pola makan yang sehat diperlukan bagi penderita obesitas. Sangat disarankan agar seseorang tidak sembarangan melakukan diet karena salah justru bisa mendatangkan kerugian bagi tubuh. Tidak jarang seseorang karena mau mengurangi berat badan dia melakukan diet yang salah. Contohnya tidak makan di saat jam makan (skipping meal), tidak mengonsumsi jenis makanan tertentu padahal asupan itu diperlukan oleh tubuhnya sehingga malah menimbulkan masalah baru.
Pemeriksaan obesitas tidak selalu baru dilakukan ketika seseorang menderita penyakit karena obesitas. Ibarat pepatah yang mengatakan mencegah lebih baik daripada mengobati maka pemeriksaan kesehatan bisa saja dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak dan melakukan terapi sebelum penyakit lain bermunculan.
Penanganan Obesitas
Untuk penanganan penderita, biasanya dilakukan treatment dan edukasi dalam penyusunan pola makanan dan asupan kalorinya. Tetapi dalam kondisi tertentu ada juga pasien yang diberikan obat. Dalam hal treatment memang semuanya akhirnya berpulang dari pasien apakah mau memenuhi penyusunan pola makan yang diberikan atau tidak. Biasanya pasien menuruti anjuran dari dokter.
Ada kalanya diet yang salah mengakibatkan terjadi apa yang dinamakan sebagai sindrom yoyo, ibarat bermain yoyo yang naik dan turun. Seseorang yang memutuskan diet ketat dengan cara mengurangi asupan makanan secara drastis bisa saja tidak lama kemudian justru berat badannya naik lagi dan akan sulit menurunkannya.
Untuk menghindari obesitas, disarankan untuk tidak berlebihan mengkonsumsi makanan yang manis-manis, makanan berminyak terutama lemak jenuh, sebaliknya tingkatkan asupan makanan kaya serat seperti dari buah, sayur, kacang-kacangan, serta gandum utuh. Jika merasa harus diet, datanglah ke dokter agar dapat konsultasi untuk mengetahui komposisi tubuh, berapa yang akan dikurangi secara bertahap dan apa saja yang perlu dilakukan untuk mendukung diet tersebut.
Untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan dan mendapat informasi paket-paket Medical Check Up, Anda dapat menghubungi Customer Care RS Awal Bros Pekanbaru di +62 811-7510-599 atau 0761 47 333. Semoga bermanfaat.
Narasumber:
dr. Imelda Goretti, M.Gizi, SpGK
Dokter Spesialis Gizi Klinik
Ilustrasi oleh yanalya
Bagikan ke :