Kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, terdapat lebih dari 20 juta kasus baru kanker di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 9,7 juta jiwa. Jenis kanker yang paling banyak ditemukan di dunia adalah kanker payudara, diikuti kanker paru, kanker kolorektal, kanker prostat, dan kanker lambung. Sementara itu, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa sekitar 1 dari 5 orang di dunia akan mengalami kanker dalam hidupnya, dan sekitar 1 dari 9 pria serta 1 dari 12 wanita meninggal akibat penyakit ini.
Di Indonesia, beban kanker juga terus meningkat. Menurut GLOBOCAN 2022, tercatat sekitar 400 ribu kasus baru kanker dengan angka kematian mencapai 240 ribu jiwa setiap tahunnya. Kanker payudara merupakan kasus terbanyak, diikuti kanker serviks, kanker paru, kanker hati, serta kanker kolorektal. Data dari Kementerian Kesehatan RI (2023) juga menunjukkan bahwa prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,79 per 1.000 penduduk, dengan angka ini cenderung meningkat setiap tahun. Fakta ini menegaskan bahwa kanker masih menjadi masalah kesehatan serius baik di tingkat global maupun nasional, sehingga upaya pencegahan, deteksi dini, dan terapi yang tepat menjadi sangat penting.
Upaya untuk menekan angka tersebut terus berkembang seiring kemajuan teknologi medis, salah satunya melalui kedokteran nuklir. Kedokteran nuklir bukan hanya berperan dalam diagnosis, tetapi juga memiliki peran penting dalam terapi kanker, terutama dengan memanfaatkan zat radioaktif yang dapat menargetkan sel-sel ganas tanpa banyak merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Apa Itu Kedokteran Nuklir?
Kedokteran nuklir adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan diagnosis, terapi, dan penelitian medis. Bidang ini menggunakan radionuklida (zat radioaktif) untuk mendeteksi gangguan atau penyakit dalam tubuh, sekaligus memberikan terapi yang aman dan efektif bagi pasien. Dengan bantuan kedokteran nuklir, berbagai penyakit dapat terdeteksi lebih dini, sehingga penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat.
Sejarah Kedokteran Nuklir di Indonesia
Kedokteran nuklir pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1967 melalui Balai Kedokteran Nuklir yang dibangun di kawasan Reaktor Atom Bandung. Awalnya, teknologi ini difokuskan pada pengembangan pemanfaatan nuklir di bidang medis, khususnya diagnosis dan terapi.
Pada tahun 1971, balai ini dipindahkan ke RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, yang kemudian menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang memberikan layanan kedokteran nuklir. Seiring perkembangan zaman, bagian kedokteran nuklir di RSHS menjadi pusat rujukan nasional dan menjadi cikal bakal berkembangnya layanan kedokteran nuklir di berbagai rumah sakit besar di Indonesia, termasuk di RS Awal Bros.
Peran Kedokteran Nuklir dalam Terapi Kanker
1. Terapi Radioiodine (I-131) untuk Kanker Tiroid
Salah satu bentuk terapi kedokteran nuklir yang paling dikenal adalah penggunaan radioiodine (I-131) pada pasien kanker tiroid. Radioiodine bekerja dengan cara menghancurkan sel tiroid yang tersisa setelah operasi, serta mengatasi sel kanker yang sudah menyebar.
2. Radionuclide Therapy untuk Nyeri Tulang Akibat Metastasis
Pada pasien kanker stadium lanjut, kanker sering menyebar ke tulang dan menimbulkan nyeri hebat. Terapi dengan radioisotop seperti Strontium-89 atau Samarium-153 dapat membantu meredakan nyeri secara efektif, meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Peptide Receptor Radionuclide Therapy (PRRT)
PRRT adalah terapi yang menggunakan radioisotop untuk menargetkan sel kanker yang memiliki reseptor khusus, misalnya kanker neuroendokrin. Terapi ini bekerja secara selektif sehingga efek sampingnya lebih ringan dibandingkan kemoterapi.
4. Radioligand Therapy untuk Kanker Prostat
Radioligand Therapy (RLT) dengan PSMA-ligand menjadi terobosan baru untuk terapi kanker prostat stadium lanjut. Radioisotop menempel pada molekul target di permukaan sel kanker prostat, kemudian menghancurkannya dengan radiasi.
Keunggulan Terapi Kedokteran Nuklir
Dibandingkan metode konvensional seperti kemoterapi atau radioterapi eksternal, kedokteran nuklir menawarkan beberapa keunggulan:
· Targeted therapy: radioisotop bekerja langsung pada sel kanker.
· Minim efek samping: jaringan sehat di sekitar kanker relatif lebih aman.
· Efektif pada kanker metastasis yang sulit ditangani dengan terapi lain.
· Meningkatkan kualitas hidup pasien, terutama pada stadium lanjut.
Kedokteran Nuklir di RS Awal Bros
RS Awal Bros menghadirkan layanan kedokteran nuklir dengan teknologi modern yang mendukung diagnosis dan terapi berbagai penyakit, terutama kanker, gangguan jantung, serta kelainan metabolik. Beberapa layanan unggulan yang tersedia antara lain:
1. SPECT-CT (Single Photon Emission Computed Tomography - Computed Tomography)
SPECT-CT adalah pemeriksaan pencitraan yang menggabungkan teknologi kedokteran nuklir dengan CT Scan. Teknologi ini memberikan gambaran detail tentang fungsi organ sekaligus struktur anatominya.
Manfaat SPECT-CT antara lain:
· Deteksi dini penyakit jantung, seperti penyumbatan pembuluh darah.
· Identifikasi kelainan pada tulang dan sendi.
· Diagnosis kanker, termasuk menentukan penyebaran (metastasis).
· Evaluasi fungsi otak pada kasus epilepsi atau demensia.
2. PET Scan (Positron Emission Tomography Scan)
PET Scan merupakan teknologi pencitraan canggih yang menggunakan radionuklida untuk memantau aktivitas seluler dalam tubuh. PET Scan sering digunakan dalam diagnosis dan evaluasi terapi kanker.
Manfaat PET Scan antara lain:
· Mendeteksi kanker sejak stadium awal.
· Menentukan lokasi, ukuran, dan tingkat penyebaran kanker.
· Membantu dokter dalam merencanakan terapi radiasi atau kemoterapi.
· Menilai efektivitas pengobatan kanker.
· Mendiagnosis penyakit otak, seperti Alzheimer, Parkinson, dan epilepsi.
Dengan adanya layanan SPECT-CT dan PET Scan, pasien mendapatkan manfaat diagnosis yang lebih akurat, minim invasif, dan cepat. Selain untuk diagnosis, kedokteran nuklir juga dapat digunakan sebagai terapi, misalnya terapi menggunakan radioisotop untuk kanker tiroid atau nyeri tulang akibat metastasis kanker.
Bukan Hanya Sekedar Untuk Terapi Kanker
Selain untuk terapi kanker, peran kedokteran nuklir jauh lebih luas. Teknologi ini tidak hanya bermanfaat untuk mendeteksi dan mengobati kanker, tetapi juga memiliki kontribusi besar dalam pemeriksaan berbagai penyakit, termasuk gangguan endokrin, jantung, dan nefrourologi.
Kedokteran nuklir menggunakan radionuklida (zat radioaktif dalam dosis aman) untuk menampilkan gambaran fungsi organ dalam tubuh secara detail. Berbeda dengan pemeriksaan radiologi biasa yang hanya melihat struktur, kedokteran nuklir mampu menunjukkan fungsi metabolisme dan kerja organ, sehingga dokter dapat menegakkan diagnosis lebih akurat.
1. Pemeriksaan Endokrin
Salah satu bidang yang sangat terbantu dengan kedokteran nuklir adalah endokrinologi, khususnya dalam pemeriksaan kelenjar tiroid. Dengan menggunakan radioisotop, dokter dapat mengevaluasi apakah tiroid bekerja terlalu cepat (hipertiroid) atau terlalu lambat (hipotiroid). Selain itu, teknologi ini juga dapat membantu mendeteksi adanya nodul tiroid atau dugaan kanker tiroid, serta memantau hasil terapi pasien pasca operasi.
2. Pemeriksaan Jantung
Dalam bidang kardiologi, kedokteran nuklir berperan melalui pemeriksaan nuclear cardiology seperti Myocardial Perfusion Imaging (MPI). Pemeriksaan ini membantu menilai aliran darah ke otot jantung, mendeteksi adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner, hingga menilai fungsi pompa jantung. Dengan hasil yang detail, dokter dapat merencanakan terapi lebih tepat, termasuk keputusan apakah pasien memerlukan obat-obatan, pemasangan stent, atau tindakan operasi bypass.
3. Pemeriksaan Nefrourologi (Ginjal dan Saluran Kemih)
Kedokteran nuklir juga sangat bermanfaat dalam bidang nefrourologi (ginjal dan saluran kemih). Pemeriksaan seperti renogram atau scintigrafi ginjal dapat digunakan untuk menilai fungsi masing-masing ginjal secara terpisah, mendeteksi adanya sumbatan saluran kemih, infeksi, maupun kelainan bawaan pada ginjal. Pemeriksaan ini sangat penting, terutama pada pasien anak dengan kelainan ginjal, atau pasien dewasa yang sedang dalam evaluasi penyakit ginjal kronis.
4. Pemeriksaan Neurologi (Otak dan Saraf)
Pemeriksaan otak dengan kedokteran nuklir, seperti PET Scan otak atau SPECT otak, dapat membantu mendeteksi gangguan fungsi otak. Bermanfaat untuk mendiagnosis epilepsi, stroke, demensia (Alzheimer), Parkinson, hingga tumor otak.
5. Bidang Lainnya
Kedokteran nuklir juga dapat dimanfaat pada bidang lain seperti di bidaang ortopedi (tulang dan sendi) digunakan untuk melihat adanya infeksi tulang, peradangan sendi, retak atau patah tulang tersembunyi, hingga penyebaran kanker ke tulang, karena pemeriksaan ini sangat sensitif untuk mendeteksi kelainan tulang lebih dini dibandingkan rontgen biasa. Selain itu di bidang gastroenterologi (saluran pencernaan) kedokteran nuklir dapat menilai fungsi lambung, usus, dan hati. Dan di bidang pulmonologi (paru) seperti pemeriksaan ventilation-perfusion scan (V/Q scan) digunakan untuk mendiagnosis emboli paru, serta membantu menilai kapasitas paru pada pasien yang akan menjalani operasi paru.
RS Awal Bros menghadirkan tenaga medis profesional yang berpengalaman di bidang kedokteran nuklir, didukung fasilitas laboratorium modern dan standar keamanan radiasi yang ketat. Hal ini memastikan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, nyaman, dan terpercaya. Informasi lebih lanjut mengenai layanan kedokteran nuklir dapat diperoleh melalui Call Center RS Awal Bros 15000 88
Artikel oleh : dr. Reza Rinaldi Harahap, Sp.KN (K) (Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir Konsultan Pediatrik RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru)