Kasus meninggalnya seorang balita berusia 3 tahun di Sukabumi akibat kecacingan baru-baru ini viral dan mengguncang masyarakat. Kejadian ini membuka mata kita bahwa kecacingan bukan penyakit ringan yang bisa diabaikan. Jika tidak dicegah atau diobati, infeksi cacing bisa mengganggu tumbuh kembang anak, bahkan berujung pada kematian.
Berdasarkan data WHO, lebih dari 1,5 miliar orang di dunia atau sekitar 24% populasi global mengalami infeksi kecacingan (soil-transmitted helminths/STH). Dari jumlah tersebut, sekitar 880 juta anak hidup di daerah dengan risiko tinggi dan membutuhkan pengobatan pencegahan. Jenis cacing yang paling sering menginfeksi manusia adalah Ascaris lumbricoides (cacing gelang) dengan jumlah kasus antara 807 juta hingga 1,2 miliar, Trichuris trichiura (cacing cambuk) antara 604–795 juta, serta hookworm (cacing tambang) sekitar 576–740 juta kasus. Hingga tahun 2023, dari 876 juta anak yang memerlukan terapi pencegahan kecacingan, baru 451 juta anak (51,5%) yang sudah mendapatkan pengobatan massal.
Di Indonesia, prevalensi kecacingan juga masih cukup tinggi. Survei nasional tahun 2008 menunjukkan prevalensi STH di beberapa daerah mencapai 61%, dan data tahun 2017 memperlihatkan kisaran 2,5% hingga 62% di berbagai provinsi. Penelitian Universitas Indonesia bahkan memperkirakan terdapat sekitar 70,6 juta kasus kecacingan, dengan sepertiga di antaranya dialami balita.
Prevalensi kecacingan di Provinsi Riau bervariasi tergantung wilayah dan metode survei. Hasil pemeriksaan tinja di Kabupaten Siak (2011) menunjukkan tingkat infeksi sebesar 9,5 %, sedangkan di Kota Dumai mencapai 16,5 %. Laporan lain di Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru (2014) menemukan prevalensi 16,3 % pada siswa sekolah dasar, dengan mayoritas infeksi disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Studi lebih luas bahkan memperkirakan bahwa hampir separuh populasi di beberapa wilayah Riau mengalami infestasi cacing usus (sekitar 51,93 %), dengan dominasi jenis Ascaris lumbricoides (40 %) dan Trichuris trichiura (29,82 %). Data ini menegaskan bahwa kecacingan tetap menjadi isu kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius, terutama di kalangan anak-anak sekolah dan komunitas padat.
Apa Itu Kecacingan?
Kecacingan adalah kondisi ketika tubuh terinfeksi cacing parasit, seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang, atau cacing cambuk. Telur cacing biasanya masuk ke tubuh melalui makanan atau tangan yang terkontaminasi tanah, air, maupun kotoran hewan. Setelah masuk, cacing bisa hidup di usus, menyerap nutrisi, bahkan menyebar ke organ lain.
Mengapa Kecacingan Berbahaya?
Banyak orang menganggap kecacingan hanya membuat perut sakit atau gatal di anus. Padahal, pada kasus berat, cacing bisa menyebabkan:
Kekurangan gizi: karena cacing menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi anak.
Anemia: cacing tambang dapat menghisap darah dan menyebabkan tubuh lemas.
Gangguan tumbuh kembang: infeksi kronis dapat menyebabkan stunting dan gangguan kecerdasan.
Komplikasi serius: cacing bisa menyumbat usus, masuk ke paru-paru, hingga otak.
Faktor Risiko Kecacingan
Anak-anak lebih rentan terkena kecacingan, terutama bila:
Bermain di tanah tanpa alas kaki.
Kurang menjaga kebersihan tangan.
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk.
Jarang mendapat obat cacing.
Lingkungan yang kotor dan kontak dengan kotoran hewan juga meningkatkan risiko.
Bagaimana Anak Bisa Terinfeksi Cacing?
Telur cacing dapat menempel di tanah, debu, makanan, atau bahkan di kuku anak. Saat bermain, anak sering memegang mainan lalu memasukkan tangan ke mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Dari sinilah telur cacing masuk ke dalam tubuh. Selain itu, konsumsi makanan yang kurang matang atau tidak bersih juga menjadi jalur utama penularan.
Cara Mencegah Kecacingan
Kabar baiknya, kecacingan dapat dicegah dengan langkah sederhana:
Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
Potong kuku secara rutin agar telur cacing tidak menempel.
Gunakan alas kaki saat bermain di luar rumah.
Konsumsi makanan matang dan bersih.
Minum obat cacing rutin setiap 6 bulan sekali, sesuai anjuran Kementerian Kesehatan.
Perbaiki sanitasi lingkungan, seperti ketersediaan jamban sehat dan pengelolaan limbah.
Kecacingan: Lebih dari Sekadar Penyakit Parasit
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kecacingan bukan hanya menimbulkan infeksi, tetapi juga dapat menyebabkan stunting, anemia, dan keterlambatan perkembangan kognitif pada anak. WHO menekankan pentingnya empat strategi: pemberian obat cacing rutin, edukasi kesehatan, perbaikan sanitasi, serta akses pengobatan yang merata. Kementerian Kesehatan RI bersama WHO merekomendasikan pemberian obat cacing secara massal, khususnya untuk anak usia sekolah. Obat cacing aman, murah, dan efektif untuk menurunkan angka kecacingan di masyarakat.
Jika si kecil menunjukkan gejala-gejala kecacingan, segera periksakan ke RS Awal Bros terdekat. Dengan pemeriksaan yang tepat, dokter dapat memastikan kondisi kesehatan anak serta memberikan pengobatan yang aman dan efektif. Di RS Awal Bros, tersedia layanan dokter spesialis anak dan fasilitas laboratorium lengkap untuk mendeteksi infeksi cacing sejak dini. Mari lindungi kesehatan buah hati, agar tumbuh kembangnya tetap optimal. Segera buat janji di RS Awal Bros terdekat. Kesehatan anak adalah investasi masa depan. Informasi lebih lanjut hubungi call center RS Awal Bros di 15000 88.